sekarang masih mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syaif Hidayatullah Jakarta
Senin, 08 September 2014
catatan senja sore IX
Langit pun sepi
Jika kita tak
menyelipkan jemari
Rinduku sejauh
batas aku dan mimpiku dalam tidur
Tegal, 06 Juli
2014
Dingin ini
mengingatkan ku
Ketika tubuh ini
dijajah angin
Tanpa mu
Hati ini dijajah
oleh rindu
Tegal, 13 Juli
2014
Ku tatap ia
Awalnya para nasi
menari
Namun selanjutnya
bermuram hati,
Aku tak tau apa
yang ku rasakan saat ini
Entah rindu,
takut, sedih, dsb.
Jangankan untuk
memeluk mu
Menyapa mu saja
saat ini sulit,
Aku hanya mampu
menyapa mu lewat sujudku pada Tuhan
Ya Allah, aku
titipkan hatiku pada-Mu untuknya
Tegal, 17 Juli
2014 at 06.06 pm
Raut wajahmu
menggambarkan bahwa ada sekuntum bunga
Dikelilingi
kepompong yang menunggu bermetamorfosis
Semoga menjadi
kupu-kupu pada saatnya
Sayang,
Semoga ras(a)mu
dan (r)asaku menyatu
Tegal, 27 Juli 2014 at
09.14 am
catatan senja sore VIII
Tanamlah mawar
disaat fajar, katamu
Karena edelweiss
abadi sembunyi
Tapi mawar bukan
lagi denganku
Wangi melati raib
bersama gerimis selalu menutup lagu
Ini aku
ceritakan, tentang edelweiss
Bersembunyi dalam
ceruk dibalik tebing pendakian,
Katamu adalah
menghirup misteri’
Perjalanan tak
ditentukan oleh nyeri di kaki
Tapi kesungguhan
hati, Kau dan Aku.
Bertemu dalam
mihrab Illahi.
Ciputat, 7 Juli
2014
Bercinta dengan
malam
Bulan merayu di
pelukkan
Ku titipkan angin
menyapa wajahmu
Datang dari
belulangku
Sekedar mengenang
bidadari
Ku tulis namamu
di rembulan
Bintang pun
bertasbih
Sekejap bidadari
bersedih
Memang aku adam,
menyelam
Jauh di dasar
kesadaran
Mohon dimaafkan.
Selamat malam.
Bersinarlah esok
senja pagiku.
Ciputat, 9 Juli
2014
catatan senja sore VII
Aku menunggu keluar dari kelakar pintu
Bermahkota puri nan suci
Itu engkau yang asli
Berjejer di pelataran cahaya pukul 2 malam
Tak kelam ditelan jarum jam
Aku termenung
Menjinjing kawanan bukan dan bintang
Ku akui jadi milikku
Tuk persembahkan padamu.
Ciputat, 5 Juni
2014
Bulan tak selamanya menjadi purnama,
Ada sabit dan juga gerhana.
Seperti halnya pohon, kau memang tak seindah bunga
Tapi kau air untuk membuat pohon itu hidup
Air itu tak menunggu pohon menyeru
Tapi dia tau dimana ia berada
Ciputat, 5
Juni 2014
Aku di situ, kau tak sudi menengok.
Aku ajak kau kerumah, kau tak sudi melangkah.
Aku melangkah, ehh kau kea rah panah.
Ciputat, 11
Juni 2014
catatan senja sore VI
Bulir Syair
~
Kau pelangi
Dari gerimis dan sinar mentari,
Di langitku, cerlangmu nurani
Berbulir, bayangmu mengalir
Mengguyur di pelataran; dzikir
Ciputat, 5
Raj 1435
Menyanjung-Mu
selalu ~
Mengeruk segala khilaf; terkubur
Ku ingin jemput fitrah – Mu
Engkau kah titipan itu, kekasih ?
Ku panggil dalam setiap doaku
Jumat Sabtu Minggu
Menunggumu lebih dari itu
Ciputat, 5
Mei 2014
Bintang belantik culik cahaya
Bulan meringas kesing
Bulan semangka langit ceria
Angin memboyong sepi; Tanpamu sunyi
Ciputat, 5
Mei 2014
Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput;
Nanti dulu, biarkan aku sejenak
Terbaring di sini;
Ada yang masih ingin ku pandang
Yang selama ini senantiasa luput;
Sesaat adalah abadi
Sebelum kau sapu tanamanmu setiap pagi.
Ketika kau Tanya sejauh mana rasa sayangku,
Ketika itu pula kau sudah beranjak satu langkah menjauh
dariku
Kau ingin menyudahi kah?
Ciputat, 11
Mei 2014
catatan senja sore V
Merekah
Kerudungmu awan
suci,muslimah nan indah
Di dadamu, ku tumpahkan segalaku
Gelap pun terang;
pelangi
Ciputat, 4 Mei
2014
Melawan
ombak, tepiskan ragu
Dermaga saksi
kedatangan, haru
Genggam tanganku,
melangkah maju
Ciputat, 4 Mei
2014
cacatan senja sore IV
Kau – Senja ~
Camar berarak pulang
Rona langit memerah, pasrah
Kupu-kupu menari, kumbang
bernyanyi
Diksi hati memuisi
Bidang dadamu tempatku berpuisi
Meramu mimpi-mimpi
Memetik harap di laman hati
Ku ingin berhenti terpejam
Tanpa harus membangunkan mimpi
Ciputat, 26 JuT 1435
catatan senja sore III
Jarak ~
Rembulan menepi
sunyi
Bersanding malam;
Menyendiri
Sayang terkaram
karang
Rindu terhalang
sang malam
Diiring alunan
senandung pilu
Sepanjang jalan
ku rindu
Teringat
senyummu;
Terbelenggu
Makan pun,
berlauk rindu
Menjadi abu, ku
eja pena-pena
Angin, peluklah
erat tubuhnya
Ciputat, 26 JuT
1435
catatan senja sore II
Embun Pagi
Semilirnya menyapa
Sejuk, asa-asa jiwa mengudara
Sejuk tetes-tetes abadi
Merangkum puja sang Ilahi
Ku bingkai rinduku lewat namamu; Anisa Hidayati
Engkau sang embun pagi
Ciputat, 22 April
2014
catatan senja sore I
Catatan senja sore
RINDU
BERKABUT II
Malamku alpa tanpa kau;
Muka daun beriramakan tetes-tetes embun
Pohon pun bersenandung;
Bunga –buah berdendang
Esokkah ku temui embun?
Ciputat, 12
JuT 1435
Rindu ku padamu sebening embun
Bergelayut di pelupuk – mata
Bulan masih ada
Berbalap matahari mengisi singasana.
Engkau; hantu hati.
Kemenyan berbau kasturi
Cekikik tawamu, penuhi mimpi
Ciputat, 20
April 2014
Jika kau takut, tatap aku
Seberapa besar ketakutanmu dibanding keyakinanku?
Jika kau takut, aku berani,apa gunanya?
Apa mungkin kau bisa melambaikan tangan di persimpangan
jalan?
Ciputat, 20
April 2014
Aku seketika terdiam, kau datang
Pesan singkatku kelam tak ada balasan,
Tiba-tiba kau di hadapan.
Aku,
Memperhatikan ku, seketika aku memandang mu
Hatiku tak tau dibawa kemana olehmu
Aku merasa sang ratu itu ada dua
Yang nyata dan mimpi
Kau ini berbeda di mimpi
Mungkin aku terlalu tinggi bermimpi?
Ciputat, 20
April 2014
senjaku II
DIA
Dia yang keras kepala
Sedikit angkuh dan sombong kadangkala
Tapi,
Dia sosok yang berwibawa
Keangkuhan dan kesombongannya bukan kenapa
Hanya untuk motivasi belaka
Dia,
Sering kali kaku dan terlalu lugu
Dia dengan parasnya yang lucu
Walau selalu kekeh dan tak mau tahu
Hingga membuat ku ngilu
Tapi,
Dia terangkan aku dengan syair ilahi
Mengajarkan banyak pengalaman diri
Membimbing ketika sinar hidup ini mati
Dia,
Mudah-mudahan kelak direstui sang Ilahi
At 05.08 p.m.
senjaku I
KOSONG
Xxxxxxxxxxxxxxxx
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
...............................
.................................
masih saja kosong
Kosong
tanpa pandangan kiri
kanan
xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
..............................
Xxxxxxxxxxxxxxxxx
............................
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
dan begitulah ketika kekosongan itu datang
dia, juga hilang
mereka ikut
menghilang
semuanya buat
langkahku jadi bimbang
tanpa penguat
tanpa penyemangat
galau kata
orang-orang
saat hidup jadi beban
dan kekosongan
semakin dalam
kau tak kunjung
datang
risau hanya kosong yang berteman
ciputat, 8/9/14
masih saja kosong
xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
dan begitulah ketika kekosongan itu datang
tanpa penguat
saat hidup jadi beban
risau hanya kosong yang berteman
ciputat, 8/9/14
Minggu, 07 September 2014
materi kuliah hari ini :
AL
- UMMAH
Sering
kali kita jumpai kata Al – Ummah
dalam ayat-ayat Al – Qur’an. Al – Ummah dalam segi katanya, berasal dari kata
“amma – yaummu” yang artinya menuju, menumpu, meneladani. Dari unsur kata
tersebut dapat diambil suku kata “um” yang artinya ibu dan “imam” yang artinya
pemimpin. Karena dua suku kata tersebut merupakan teladan serta tumpuan
masyarakat. Namun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata umat diartikan
sebagai para penganut atau pengikut suatu agama;makhluk manusia. Bahkan dalam
berbagai bahasan diartikan dengan berbagai arti. Seperti dalam bahasan filsafat
yang ditulis oleh para ilmun Rusia, mereka memahami kata umat sebagai bangsa
dan adapula yang mengartikannya Negara. Selain itu, kata Ummah banyak sekali
tersiratkan dalam Al – Qur’an dengan bermacam-macam persoalan. Seperti yang dijelaskan dalam riwayat
An-Nasa’I bahwa “tidak seorang mayatpun yang dishalatkan oleh umat dari kaum
muslim sebanyak seratus orang, dan memohonkan kepada Allah untuk diampuni,
kecuali diampuni olehnya”. Dalam penjelasan ini dapat kita lihat bahwa kata ini
didefinisikan sebagai semua kelompok yang dihimpun oleh sesuatu, seperti agama,
waktu, atau tempat yang sama, baik penghimpunannya secara terpaksa maupun atas
kehendak mereka.[1]
Dalam
buku lain[2]
mengatakan bahwa ummah ialah kata tunggal dan umam ialah bentuk jamaknya yang
berasal dari kata amma-ya’ummu-amman yang artinya “menuju”, “menjadi”,
“ikutan”, “gerakan”. Oleh karena itu kata ummah secara dialektika dapat kita
ambil setidaknya 3 kandungan maknanya, yaitu : suatu golongan manusia
(jama’ah), setiap manusia yang dinisabkan kepada seorang Nabi, dan setiap
generasi manusia sebagai suatu umat.
Menurut
Ali Syari’ati Ummah berasal dari kata amma artinya bermaksud, dan berniat
keras. Dalam hal ini kiranya ada tiga makna yang dapat diambil yaitu gerakan,
tujuan, dan ketetapan hati yang sadar. Dengan beberapa konsep yang terkandung,
antara lain: pertama, konsep konsep kebersamaan dengan arah dan tujuan tersebut
dan keharusan adanya pemimpin serta petunjuk kolektif. Oleh karena itu, ummah
menurut ali syari’ati ialah “kumpulan manusia yang para anggotanya memiliki
tujuan yang sama, satu sama lain bahu membahu, beregerak menuju cita-cita
bersama, berdasarkan kepemimpinan bersama”.[3]
Dari sini dapat kita pahami bahwa kata Ummah ialah kumpulan manusia yang
terdiri lebih dari satu orang, yang memiliki cita-cita dan tujuan yang sama
baik dibentuk secara kesepakatan maupun keterpaksaan.
Beberapa
konsep ummah[4] sebagai
bangunan masyarakat yang ideal sesuai dengan apa yang dimaksudkan dalam al –
Qur’an, konsep-konsep ini diambil dari oposisi-oposisi kata maupun kalimat yang
sempurna dalam al – Qur’an agar dapat kita pahami makna sebenarnya dan makna
sebaliknya sehingga kita lebih teliti dalam memaknai sebuah kata dalam al –
Qur’an. Konsep tersebut antara lain :
1.
Masyarakat patuh dengan
masyarakat tirani
Masyarakat patuh, dalam al – Qur’an
disebutkan dengan kata ummatan muslimatan.
Kata ini terdapat pada surat al – Baqarah ayat 128 yang berisi doa Ibrahim dan
Ismail yang meminta kepada Tuhan agar diberikan keturunan yang kemudian
dijadikan komunitas keturunan yang tunduk. Dalam hal ini, pemaknaan dari kata ummah akan bergantung pada kata
berikutnya yaitu muslimatan. Sehingga
dapat diketahui makna yang terkandung bernilai baik atau bernilai buruk. Maka
dalam buku Masyarakat High Politics yang saya kutip mengambil salah satu ayat
al – Qur’an yang isinya :
“Dan
barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia orang yang
berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang
kokoh dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”.[5]
Dalam ayat diatas dapat kita lihat bahwa
muslimatan adalah orang yang
menyerahkan dirinya kepada Allah dan berani dengan tegas mengambil sikap
seperti itu artinya ia telah berpegang teguh pada pendiriannya. Inilah
orang-orang yang dikatakan sebagai ummatan
muslimatan atau kelompok orang-orang muslim yang yakin untuk berserah diri
kepada Allah. Ummatan muslimatan ini juga ditandai dengan sebuah kondisi
masyarakat yang didalamnya terdiri dari orang-orang yang memiiliki jiwa dan
sikap keteladanan.
Dapat kita lihat kebalikan makna dari
ummatan muslimatan yang tidak dikehendaki oleh Allah, yaitu sifat thaghut. Kata
thaghut ini dijelaskan dalam al – Qur’an sebagai berikut:
“dan
sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu”, maka diantara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah da nada pula diantaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).”[6]
2.
Masyarakat moderat
dengan masyarakat ekstremis
Tipe masyarakat
ini ditandai dengan adanya masyarakat ekstrim kiri dan ekstrim kanan. Dimana
ekstrim kanan ialah sebutan untuk orang-orang yang terlalu normative dan
tekstual dalam memahami sesuatu, sedangkan ekstrim kanan ialah yang terlalu
jauh dari normative dalam memahami sesuatu dalam teks al – Qur’an. Masyarakat
moderat sendiri diambil dari kata ummatan
wasathan.
“dan demikian (pula) kami telah menjadikan
kamu (umat islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”.[7]
Ummatan wasathan
mengandung makna sebagai posisi tengah-tengah antara etika Yahudi dan etika
Nasrani. Diaman etika Yahudi merupakan etika yang kaku, keras dan formal dan
etika Nasrani lemah lembut dan bernuansa spiritual. Sifat tengah-tengah di sini
bukan berarti sifat yang tidak jelas, melainkan justru watak ini akan tampak
jelas terlihat dari sikapnya yang dapat memposisikan diri sesuai dengan kondisi
dan keadaan yang ada dalam kehidupan. Rasulullah mempertegas hal ini dengan
sabdanya yang mengatakan bahwa sebaik-baik perkara ialah paling tengah diantara
perkara itu.
3.
Masyarakat Kritis
dengan Masyarakat Diam
Masyarakat kritis
ditandai dengan suaranya yang lantang ketika melihat ketidak adilan, ketidak
jujuran, dan juga kebatilan. Beberapa teknik yang diberikan oleh Nabi melalui
beberapa stratifikasi dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang: pertama,
perangkat kekuasaan, ini ialah posisi tertinggi dimana seseorang harus
menggunakan kekuasaannya dalam segala hal, baik politik, ekonomi, maupun
keagamaan untuk bersikap kritis menuju liberasi dan transformasi. Kedua, kritis
dengan ide. Apabila kekuasaan tidak dimiliki maka jalan lain ialah melalui ide,
gagasan, tulisan ataupun lisan. Tingkatan ini biasanya dilakukan oleh para
tokoh intelektual, penulis, pendakwah maupuun pemikir. Jika kedua kritis
tersebut tidak dapat dilakukan maka selanjutnya ialah kritis melalui doa agar
kondisi munkar beganti dengan ma’ruf. Inti masyarakat kritis dalam
konteks ummah ialah yang bergerak pada tiga gagasan, yaitu: kritik atas objek
sebelumnya, menawarkan objek baru dan melakukan objek baru tersebut. Kritis
inilah yang diharapkan dalam al – Qur’an. Sebaliknya, masyarakat diam dalam
banyak hal menciptakan orang-orang yang otoriter dan despotic. Bahkan
masyarakat diam juga akan memunculkan adanya sikap tirani, sikap dimana orang
menganggap dirinya paling benar dan ingin menguasai.
4.
Masyarakat Plural
dengan Masyarakat Tunggal
5.
Masyarakat Being Religious dengan Masyarakat Having Religion
6.
Masyarakat Adil dengan
Masyarakat Timpang
7.
Masyarakat Temporal
dengan Masyarakat Absolut
8.
Masyarakat Tanggung
Jawab dengan Masyarakat Nihilis
[1] M. Quraish Shihab, Wawasan Al
– Qur’an: Tafsir Al – Maudu’I atas Berbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan
anggota IKAPI, 1999), h. 325 – 328.
[2] Iswahyudi, Masyarakat High
Politics: Refleksi Masyarakat Ummah dalam Al – Qur’an (Jakarta: STAIN
Ponorogo Press, 2010), h. 47 – 48.
[3] Ibid., h. 48 – 50.
[4] Ibid., h. 50 – 84.
[5] Q.S. Luqman, 31: 22.
[6] Q.S. an – Nahl, 16: 36.
[7] Q.S. al – Baqarah, 2: 143.
Minggu, 09 Maret 2014
VISI DAN MISI
HJ. MUZAYANAH
Calon Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tegal
Dapil 5 mewakili Jatinegara,
Bojong, dan Bumi Jawa
NOMOR URUT 4 dari PKB
Kalender kita yang memasuki tahun
2014 tidak hanya untuk menyambut hari baru di tahun yang baru. Namun juga akan
menyambut hajat bangsa Indonesia pada pesta demokrasi lima tahunan. Dengan
terbukanya kran demokrasi di awal era kemerdekaan, telah membawa kita sampai
pada saat ini untuk kembali memilah dan memilih para calon pemimpin baik dari
anggota legislatif, daerah, dan pusat serta pemipin Negara atau Presiden.
Demokrasi menuntun kita untuk
bersama-sama mengemban bangsa. Semua orang memliki hak untuk dipilih dan
memilih, apapun profesi dan keahliannya. Namun kiranya penerus perjuangan r.a.
Kartini masih dipermasalahkan, melihat kaum perempuan Indonesia masih malu-malu
untuk menunjukkan jati dirinya. Sedangkan permasalahan di bidang perempuan baik
dari kesetaraan gender, kekerasan pada perempuan serta perlindungan terhadap
anak adalah masalah yang perlu ditangani oleh tangan-tangan seorang ibu yang
memiliki insting dan perasa yang kuat dalam hal tersebut.
Melihat masalah tersebut, maka
pemerintah berinisiatif untuk merancang undang-undang yang dapat mengangkat
suara perempuan dalam kursi parelemen. Undang-undang tersebut terjawantahkan
dalam Undang-Undang No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif dan
Undang-undang No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, disebutkan bahwa kuota
keterlibatan perempuan dalam dunia politik adalah sebesar 30 persen, terutama
untuk duduk di dalam parlemen. Bahkan dalam Pasal 8 Butir d UU No. 10 tahun
2008, disebutkan penyertaan sekurang-kurangnya 30 persen keterwakilan perempuan
pada kepengurusan parpol tingkat pusat sebagai salah satu persyaratan menjadi peserta
pemilu. Pasal 53 UU tersebut mengatakan bahwa daftar bakal calon peserta pemilu
juga harus memuat paling sedikit 30 persen keterwakilan perempuan.[1]
Dengan dibukanya kesempatan serta
peluang bagi kekuatan kaum perempuan, maka masing-masing partai politik mulai
mengganyang para kader perempuannya untuk maju dalam pemilu legislatif. Tentu
saja bukan perkara yang mudah untuk memutuskan siapa-siapa perempuan yang akan
dicalonkan dalam pemilu, namun partai politik memiliki cara masing-masing untuk
menyeleksi.
Dengan seleksi yang begitu ketat dan
panjang, saya (Hj. Muzayanah) sebagai pengurus perempuan dari Dewan Sura Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) DPC KAB. TEGAL ditunjuk oleh partai untuk mecalonkan
diri sebagai anggota DPRD Kabupaten Tegal mewakili Dapil 5
(Jatinegara-Bojong-Bumi Jawa). Tentunya sebagai kader partai yang sudah lama
mengabdi, saya menerima amanah besar ini dengan banyak pertimbangan. Setelah
melewati banyak pertimbangan dan nasehat dari para politisi, para Kiyai, serta
para tokoh Nahdlatul Ulama, dengan berangkat melalui partai politik PKB dan
Ormas NU saya ditetapkan menjadi calon anggota DPRD KAB. TEGAL mewakili Dapil 5
(Jatinegara, Bojong, Bumi Jawa) dengan NOMOR URUT 4 atas nama HJ. MUZAYANAH.
Sebagai seorang calon anggota
legislatif, sudah seharusnya saya memiliki visi serta misi yang tepat. Sesuai
dengan kapabilitas saya sebagai seorang kader partai perempuan yang diberi
kepercayaan untuk mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPR-D) Kabupaten Tegal.
Keberangkatan saya yang di dukung
oleh sebagian besar kaum IPPNU, Fatayat NU, dan Muslimat NU, mendorong saya
untuk lebih aktif dalam memperhatikan kebutuhan para kaum perempuan yang sampai
saat ini masih kurang adanya tanggapan dari pemerintah. Termotivasi oleh orang
tua saya dalam Muslimat Nahdlatul Ulama yaitu Ibu Dra. Umi Azizah yang sekarang
menjabat sebagai Wakil Bupati, saya berusaha untuk mengangkat nilai semangat
para perempuan dalam memperjuangkan haknya di sektor atau bidang yang jarang
sekali diisi oleh perempuan di Kabupaten Tegal, yang salah satunya adalah
bidang politik dan pemerintahan. Adanya sosok perempuan dalam pemerintahan
kiranya hanyalah sebuah simbol tanpa ada kekuatan dominasi walau hanya dalam
bidangnya saja. Dominasi dan kuasa masih tetap dalam genggaman kaum laki-laki.
Oleh karena itu, secara terinci saya
menyampaikan VISI serta MISI saya dalam membawa nama partai serta suara
perempuan Kabupaten Tegal sebagai berikut :
VISI :
Memberikan kesempatan kepada kaum perempuan dalam mengembangkan potensi, mensejahterakan
dan melindungi anak dalam berkeluarga dan bermasyarakat.
MISI :
·
Memberikan kesadaran tentang peluang kesetaraan
perempuan dalam masyarakat melalui sosialisasi
·
Memberikan penghargaan pada para perempuan yang
berjasa dalam masyarakat
·
Meningkatkan mutu majlis ta’lim serta kelompok
perempuan lainnya yang ada di masyarakat
·
Bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain untuk
memberikan arahan untuk persiapan masa depan anak baik melalui pendidikan
maupun kreativitas
ONE MAN ONE VOTE, ONE WOMEN MANY VOTE
BERJUANG MEMBAWA SUARA RAKYAT DALAM PARLEMEN
[1] Dwi
Aroem Hadiati. Agenda Politik Kaum
Perempuan untuk Merebut Kursi dan Prestasi. Diakses pada 09 Maret 2014
Melalui http://politik.kompasiana.com/2014/01/09/agenda-politik-kaum-perempuan-untuk-merebut-kursi-dan-prestasi-626648.html
Langganan:
Postingan (Atom)