Senin, 10 Juni 2013

FASISME
Fasisme adalah istilah yang berasal dari kata Latin yaitu “fases” (ejaan Romawi: fasces) yang artinya seikat kayu yang sring menghiasi sebuah kapak yang biasa diletakan di hadapan seorang hakim dalam sejarah Romawi kuno sebagai simbol kekuasaan.[1] Dalam spektrum politik, fasisme sulit didefinisi. Ada sebuah konsensus ilmiah bahwa fasisme dipengaruhi oleh baik kiri dan kanan, konservatif dan anti -konservatif, nasional dan supranasional, rasional dan anti-rasional. Sejumlah sejarawan telah menganggap fasisme sebagai doktrin sentris revolusioner, sebagai sebuah doktrin yang Mixes filsafat kiri dan kanan, atau sebagai kedua hal tersebut.[2]
Fasisme muncul sebagai reaksi terhadap liberalism dan positivism. Hal ini dapat dilihat melalui kecenderungan fasis yang ‘anti-intelektualisme’ dan dogmatisme. Fasisme merupakan manifestasi dari kekecewaan terhadap kebebasan  individual (individual freedom) dan kebebasan berfikir (freedom of thought). Bahasan tentang fasisme ini sedikit aneh, karena orang dalam taraf kebebasan justru ditakut-takuti oleh kebebasan itu sendiri. Artinya, orang mereasa bebas justru ketika orang tersebut keluar dari zona kebebasan. Kemunculan fasisme juga dipengaruhi oleh munculnya berbagai macam kesenjangan sosial, penderitaan yang berkepanjangan, serta rasa takut akan tidak adanya harapan di masa depan yang lebih baik. Fasisme seperti yang dikatakan oleh Heyes, merupakan pencampuran beberapa teori yang paling radikal, reaksioner, dan mencakup berbagai gagasan ras, agama, ekonomi, sosial, dan moralitas akar-akar filosofis. Pemikiran fasis sudah mengakar dari beratus-ratus tahun yang lalu, dari yang modern hingga kontemporer. Beberapa tokoh diktator besar fasis pada kurun waktu PD I hingga PD II ialah Benito Mussolini di Italia (1922) dan Adolf Hiler di Jerman (1933).[3]

Fasisme merupakan suatu paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa lain. Dengan kata lain, fasisme adalah suatu sikap nasionalisme yang berlebihan. Beberepa aunsur pokok dalam ideologi fasisme sebagai berikut[4] :
1.      Ketidak percayaan pada kemampuan nalar
Keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka “tabu” terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin.
2.      Pengingkaran derajat kemanusiaan
manusia tidaklah sama, justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme mereka. Bagi fasisme, pria melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota partai melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang kuat harus melampaui yang lemah. Jadi fasisme menolak konsep persamaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam) yang berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang mengedepankan kekuatan.
3.      Kode perilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan
Negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah “oposan”. Jika ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh yang harus dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-kamp konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui kebenaran doktrin pemerintah.
4.      Pemerintah oleh kelompok elit
Pemerintahan harus dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat. Jika ada pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah keinginan si-elit.
5.      Totalitarianisme
Totalitarianism bersifat total dalam meminggirkan sesuatu yang dianggap “kaum pinggiran”. Hal inilah yang dialami kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3 K yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum fasis menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan bagi kaum penentang, maka totaliterisme dimunculkan dengan aksi kekerasan seperti pembunuhan dan penganiayaan.
6.      Rasialisme dan imperialisme
Dalam suatu negara kaum elit lebih unggul dari dukungan masa dan karenanya dapat memaksakan kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka melihat bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya. Fasisme juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat imperialism.
7.      Menentang hukum dan ketertiban internasional
fasisme mengangkat perang sebagai derajat tertinggi bagi peradaban manusia.

TOKOH DIKTATOR  FASISME
1.      Benito Mussolini
Benito Mussolini, lahir pada tanggal 29 Juli 1883 di Desa Dovia di Pedropia, Provinsi Forly, Italia. Ia lahir dari rahim seorang Ibu yang bernama Rosa Maltoni yang berprofesi sebagai seorang guru di sebuah sekolah dasar, serta dari seorang ayah yang bernama Alesandro Mussolini seorang pandai besi. Kedua orang tua Mussolini memberi nama lengkap kepadanya Benito Amilcare Andrea Mussolini. Nama Benito diambil dari tokoh reformasi meksiko yaitu Benito Juarez, sedangkan nama Andrea dan Amilcare diambil dari nama tokoh sosialis Italia. Ayah Mussolini memiliki watak yang keras, sedangkan Ibunya yang merupakan seorang guru memiliki watak yang cederung lembut. Didikan dari kedua orangtuanya terkristalisasi pada diri Mussolini dari kecil hingga menjadi seorang dictator fasis pertama di Italia.[5]
Mussolini kecil tergolong anak yang nakal dan bandel, namun termasuk anak yang cerdas di sekolahnya. Karena kenakalannya, Mussolini menjadi anak yang berani, tidak takut pada siapapun kecuali pada ayahnya. Karena mengikuti jejak ayahnya, Mussolini tumbuh menjadi seorang sosialis.[6] Ambisinya menjadi seorang penguasa sudah terlihat sejak Mussolini masih dalam usia kanak-kanak. Pada masa kecilnya Mussolini memimpin sebuah ‘geng’ anak-anak di kampungnya. Satu ketika geng-nya ini merampok kebun apelmilik warga, namun seorang anak dari geng-nya terluka terkena tembakan. Melihat temannya terluka, seluruh teman geng-nya lari ketakutan kecuali Mussolini yang kemudian membawa temannya ini ke tempat yang lebih aman. Esok harinya Mussolini mencari dan memukuli temannya yang sudah berhianat. Salin itu, suatu ketika di rumahnya, ibu Mussolini terkejut mendengar suara-suara keras yang muncul dari kamar anaknya. Ketikaitu Mussolini menjawab “tidak apa-apa Ibu. Aku hanya sedang berlatih pidato-pidato yang akan ku ucapkan kelak ketika aku menjadi penguasa Italia!”[7]
Pada 1902, sebuah momen teransisi terjadi dalam hidup Mussolini. Untuk menghindari wajib militer, Mussolini beremigrasi ke Swiss. Awal mula ia berusaha mencari pekerjaan tetap demi menyambung hidupnya di Swiss, namun usahanya belum berhasil. Suatu ketika ia sempat menjadi gelandangan dan tinggal di kolong jembatan. Untuk bertahan hidup, Mussolini melakukan pekerjaan apapun yang ditemuinya. Namun, karena pengaruh seorang revolusioner yang dijumpainya, ia seringkali masuk penjara karena dianggap sebagai anak jalanan dan sering menghasut kaum buruh. Karena ulahnya yang seringkali berontak, maka pada tahun 1904 Mussolini diusir dari Swiss.[8]
Setelah misi persembunyiannya di Swiss berakhir, maka Mussolini kembali ke tempat asalnya di Itali. Dengan sangat terpkasa akhirnya Mussolini mengikuti wajib militer. Pada tahun 1908 – 1909 Mussolini menetap di Trentino, sebuah kota yang secara etnis dihuni oleh warga Italia, tetapi secara administratif berada dibwah kontrol Austria – Hungaria. Pada masa ini menjadi masa penting Mussolini dalam kiprahnya di dunia politik. Pada tahun 1909 Mussolini berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan di kantor partai sosialis setempat, sekaligus sebagai editor di surat kabar partai. Tak lama kemudian ia bertemu dengan Cesare Battisti, seorang wartawan dan politisi sosialis. Dalam pertemuannya ini ia diminta untuk menulis di surat kabar Il Polo, pekerjaan tambahan yang dilakoninya sebagai anggota sosialis. Kesempatan ini begitu ia manfaatkan dengan mendoktrin para pembacanya dengan semangat-semangat revolusioner. Serta dalam salah satu tulisannya ia mengkritik tajam otoritas gereja pada saat itu, kemudian tulisannya ini diterbitkan secara serial pada tahun 1910. Karena tulisannya ini Mussolini dideportasi dan kembali ke Negara kelahirannya.[9]
Setelah Mussolini ditunjuk menjadi editor Koran sosialis Avanti, ia pindah ke Milan. Disana dia membangun diri sebagai kekuatan yang berpengaruh terhadap para pemimpin buruh sosialis Italia. Dia percaya bahwa para proletar bisa dia bawa dalam gerakan fasis. Mungkin inilah awal dari gerakan fasis  yang muncul pada saat perekonomian Italia memburuk akibat perang dan pengangguran yang semakin meluas.[10] Satu tahun berjalannya perang dunia I, Mussolini dianggap sebagai penghianat karena meninggalkan sosialis. Melihat pergolakan yang terjadi diprediksi akan memusnahkan Italia, oleh karena itu Mussolini mengambil kesempatan untuk memproklamirkan gerakan revolusionernya sebagai awal mula pergerakan fasis di Italia melalui surat kabar Popolo d’Italia.[11] Pada tahun 1919, setelah ia dipecat dari kelompok sosialis, ia membentuk partai sendiri yang diberi nama Fasci di Combbatimento. Partai ini sangat menjunjung tinggi nasionalisme dan berjuang untuk menjunjung kembali Italia dibawah kekaisaran Roma. Mendapatkan dukungan dari kaum borjuis, industrialis, dan angkatan bersenjata, Mussolini mulai mengerahkan kekuatannya dengan membentuk tim berseragam “Kaos Hitam” (The Blacsthirts) yang berperang melawan partai-partai lain. Anggota dari tim kaos hitam ini diambil dari para penjahat, criminal dan preman yang sangar. Kaum fasis ini menolak parlemen dan lebih mengedepankan kekerasan fisik  akibatnya keacauan pecah di mana-mana. Pada tanggal 28 Oktober 1922, Raja Victor Emmanuel III berhasil ditakut-takuti oleh tim kaos hitam yang sudah mengepung Roma. Tanpa menunggu lama Mussolini diundang ke istana dan diberikan posisi sebagai pemimpin serta memberikan kebebasan untuk membentuk pemerintahan baru. Maka jadilah Italia dipegang oleh kaum fasis. Pada tahun 1924, Mussolini mengadakan pemilihan umum yang semuanya telah disetting oleh Mussolini. Lawan politiknya dibantai tanpa ampun, sehingga membuat partai fasis menjadi partai tunggal yang ada di Italia. [12]
Setelah Mussolini memegang kekuasaan dengan cukup instan, ia melanjutkan ekspansinya dengan upaya awal yaitu menyerang Etiopia (dulu Abyssinia) pada tahun 1935. Setelah berhasil menduduki Etiopia pada tahun 1937 Mussolini bersama teman fasisnya dari Jerman yaitu Hitler, ia membuat aliansi yang membawa Italia dalam perang dunia II di pihak Jerman. Namun, pasukannya kalah di Yunani dan Afrika. Pasukan Italia diserang oleh pasukan Britania Raya dan Ameriak Serikat pada tahun 1943.  Setelah Sicilia dikuasai oleh sekutu, Mussolini dicopot dari jabatannya dan dipenjara. Tak berlangsung lama, Mussolini diselamatkan dari penjara oleh pasukan SS Hitler. Keluar dari penjara ia membentuk fasis baru di Italia Utara. Ia mulai mengeksekusi siapapun yang menentang dan mengkhianatinya. Namun pada tahun 1945, pasukan sekutu berhasil menguasai semenanjung Italia. Kemudian, Mussolini dan selirnya, Clara Pettaci, berusaha melarikan diri. Tetapi mereka berhasil ditangkap di perbatasan Austria. Tanpa basa-basi keduanya dieksekusi dan mayatnya dibawa ke Piazza Lareto, Milan. Di depan ribuan masa fasis mayat Mussolini digantung terbalik.[13]

2.      Adolf Hitler
Lahir tanggal 20 April 1889 di Braunau pinggir sungai Inn, Austria, dari keluarga petani kelas menengah. Ayahnya bernama Alois Hitler ialah seorang petugas cukai yang kejam terhadap istri dan anaknya. Namun Hitler selalu dimanjakan oleh ibunya, karena itu Hitler sangat mengidolakan ibunya. Ayahnya meninggal pada tahun 1903, ibunya meningggal pada tahun 1907. Ia mempunyai satu saudara tiri laki-laki, dan satu saudara tiri perempuan, serta satu saudara kandung perempuan. Dimasa remajanya Hitler bercita-cita menjadi seorang artis. Akibat dari kematian ayahnya, pada umur 16 tahun Hitler keluar dari sekolah. Kemudan ia pergi ke Wina, ibukota Austria, dimana ia ingin mengejar cita-citanya menjadi seorang artis, namun ia hanya memiliki talenta yang terbatas dan ia tidak mampu menembus academy of fine arts, gagal masuk hingga dua kali.[14] Kehidupannya di Wina sangat memperihatinkan. Ia tinggal di sebuah rumah sewaan yang murah dan makan sop kaldu ayam tanpa daging. Ia bekerja serabutan, mencetak postcard, membersihkan karpet, serta bekerja sebagai kondektur. Merasa kesepian dan terisolasi Hitler mulai membangun khayalan-khayalan gila, serta rasa marah karena penderitaan yang dialaminya ia mulai membenci orang-orang Yahudi yang dianggap sebagai penyebab kegagalan hidupnya.[15]
Pada tahun 1913 Hitler meninggalkan Wina dan berpindah ke Munich. Namun kegagalan pun terus mengikutinya. Saat hendak bergabung dengan Angkatan Bersenjata Austria, ia ditolak. Namun pada saat terjadinya perang dunia I dengan penuh semangat ia mulai bergabung dengan infranteri Jerman. Dalam suasana perang, calon dictator ini sangat menikmati kekerasan dan seluruh daya tarik perang yang ada. Pada tahun 1916, ia terluka parah akibat terkena semburan gas ketika perang terjadi. Usai perang berahir ia dianugrahi penghargaan iron cross kelas I pada tahun 1918. Pada masa-masa perang berakhir ia lewati di rumah sakit. Ia sangat tercengang ketika mengetahui kekalahan Jerman dalam perang tersebut. Tidak terima dengan kekalahan ini, Hitler menganggap bahwa penandatanganan perjanjian Versailles merupakan sebuah penghianatan besar. Akibat dari kekalahan serta penandatanganan perjanjian itu, rakyat Jerman kelaparan, tentara sekutu mondar mandir, serta pemogokan yang memacetkan pabrik di mana-mana. Melihat hal ini Hitler sangat perihatin dan semakin yakin bahwa hanya nasionalis Jerman yang besar seperti dirinya yang mampu memimpin bangsa aria menjadi sebuah ras unggul. Oleh karena itu ia mulai berpaling ke dunia politik.[16]
Untuk memulai perjalanan politiknya, Hitler bergabung dengan Partai Pekerja Jerman. Kemudian ia keluar dari dinas militer dan bekerja sebagai kepala seksi propaganda di partainya. Pada tahun 1919, nama partai tersebut diganti menjadi National-sozialistische Deutsche Arbeiterpartei atau yang kita kenal partai Nazi. Tidak memerlukan waktu lama, Hitler berhasil menjadi presiden partai pada tahun 1921. Kemudian ia membentuk pasukan seragam coklat yang diberi nama Sutrmabteilung (SA) atau The Brownshirts (para kaos coklat).[17] Gagal mengkudeta pemerintahan kala itu, Hitler justru dipenjara akibat tuduhan penghianatan. Namun ia menentang dalam pengadilan, ia membela diri bahwa penghianat sesungguhnya adalah yang dilakukan para penghianat pada tahun 1918 (perjanjian versailles) serta musuh besar Jerman sesungguhnya ialah orang Prancis, bangsa Yahudi, kaum fasifis, kelompok marxis, serta para penandatangan perjanjian Versailles. Hal ini berhasil menghiposis masa yang hadir di ruang pengadilan. Serta hukuman yang dijatuhkan selama lima tahun penjara hanya dijalaninya selama Sembilan bulan. Pada masa di penjara Hitler menulis karya propagandanya yang diberi nama Main Kampf (perjuanganku). Melalui karya ini Hitler mencoba menggaris bawahi pemikiran politiknya. Selanjutnya karyanya ini dijadikan sebuah kitab wajib para anggota Nazi. Dalam karyanya ia mengagungkan kemurnian ras dan kekuatan niat serta mengutuk bangsa Yahudi, komunis, liberal dan kapitalis asing. Menurutnya, Jerman akan menjadi Negara adi kuasa serta berpengaruh di seluruh dunia. Jerman juga akan membalas kekalahannya dalam perang dunia I, menyatukan orang yang tinggal di Negara lain yang menggunakan bahasa Jerman serta menemukan sedikit celah di pusat Eropa dan Rusia. Sebuah filosofi tirani yang mulai dianut Hitler.[18]
Keluar dari penjara, Hitler mulai menyusun barisan Nazi. Pergolakan Jerman pada tahun 30-an menjadi kesempatan emas bagi Hitler untuk menyusun barisan Nazi dalam mempropaganda rakyat Jerman khususnya kaum industrialis dengan hasil propaganda melalui Joseph Goebbels yang bersedia bergabung dengan Hitler. Hal ini membuat partai Nazi menjadi partai terbesar di Reichstag yang mengantarkan Hitler dalam pemerintahan sebagai pimpinan Rich. Tanggal 27 Februari 1933, pasukan Hitler membakar gedung parlemen Jerman dan menuduh komunis sebagai pelakunya. Kekuasaan dictator didapatkannya, barisan  seragam coklat yang dibentuknya dilepaskan. Orang-orang Yahudi serta lawan-lawan plitiknya disingkirkan, bahkan mereka menggantung orang-orang yang anti Nazi tanpa ampun. Setelah sebulan pembantaian terjadi, presiden Hindenbrug mati. Citra Hitler semakin meningkat, diangkatnya ia menjadi kanselir, presiden, dan panglima besar militer. Ia menjuluki dirinya sebagai Fuhrer dan Reich III. Pada tahun 1936, ia membangun jembatan Roma-Berlin dengan fasis Italia, Benito Mussolini dan menandatangani pakta anti komunis dengan Jepang. Pada tahun 1938, ia berhasil menguasai Austria. Setahun kemudian, Karena lengahnya Inggris, Hitler berhasil meguasai Cekoslowakia. Korban berikut dalam daftarnya ialah Polandia. Kemudian ia mendesak Joseph Stalin untuk menandatangani perjanjian non-agresi. Hal ini mengundang persekutuan Inggris dan Prancis untuk cepat-cepat mengumumkan perang. Mesin besar Hitler berhasil menyapu Den Mark, Norwegia, Belanda, Belgia serta perancis.[19]
Pada tahun 1918 ia menari kegirangan melihat Prancis dengan mudah ditaklukkan. Namun Inggris mempunyai kekuatan tangguh yang berhasil menggusarkan sang dictator. Namun tak berhenti disitu, Hitler meluapkan kemarahannya untuk menyerang musuh besarnya yaitu Rusia, si mata Hitler Rusia sama saja seperti Yahudi. Dengan kekuatan jendral-jendralnya, Rusia berhasil disapu habis. Warga-warga sipil Rusia dijadikan budak dan bahan eksperimen kedoktran. Jutaan warga soviet dimusnahakan dikamp-kamp Nazi bersama dengan orang-orang Yahudi. Namun dalam ekspansinya, Hitler gagal menguasai Stalingard, Moskow, atau Leningard. Keruntuhan demi keruntuhan mulai dating bergilir. [20]
Pada tahun 1943 perang berbalik melawan Hitler, Inggris dan Amerika memburu kekuatan jendral Nazi di front Afrika. Kekuatan sekutu berhasil mengalahkan Italia. Kemudian Rusia mulai meningkatkan kesiagaannya di segala sisi. Angkatan bersenjata Uni Soviet mendesak Jerman untuk keluar dari Rusia. Sekutu menjatuhkan banyak bom sepanjang malam di Jerman. Upaya membunuh Hitler dilakukan oleh pihak sekutu dengan meledakkan bom di bawah meja kerja Hitler, namun sekali lagi Hitler lolos dari maut. Pada tahun 1944, Hitler membuat pertahanan sementara. Seperti yang dipercayainya Jerman berhak dihancurkan karena telah gagal emndukung visinya. Sesungguhnya, kebraniannya sendiri yang telah menggagalkan dirinya. Tahun 1945, setelah Rusia mencapai Berlin, ia dengan ketakutan bersembunyi di bawah tanah. Frustasi mulai menghinggapinya, bahkan berbagai macam penyakit mulai menggerogoti tubuhnya. Sepanjang sisa hidupnya ia ditemani oleh selirnya, Eva Braun. Setelah tentara Rusia menyapu kota Berlin, Hitler melaksanakan upacara pernikahannya dengan Eva Braun, tak lama kemudian ia memberinya racun dan kemudian bunuh diri dan mayatnya dibakar di ruang bawah tanah.[21]
WATAK NEGARA
Inti pokok doktrin fasis dalam kata-kata Mussolini ialah konsepsinya tentang Negara, esensinya, fungsi dan tujuannya. Fasisme memahami Negara sebagai organism yang memiliki tujuan satu kehidupan dan satu perangkat aksi yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan lain baik yang berasal dari kehidupan dan aksi individu atau kelomok individu yang membentuknya. Gentile mendeskripsikan Negara sebagai ethical being (wujud etis). Yang mewujudkan kepribadiannya dan mencapai petumbuhan sejarahnya dalam masyarakat manusia. Negara dianugrahi dengan kehidupan organis dari dirinya sendiri yang maknanya lebih tinggi dari pada kehidupan individu. Pendekatan idealis pada masyarakat sipil ini menganggap Negara sebagai entitas metafisis dengan akal (mind), kehendak (will) sendiri yang terpisah dari akal-akal dan kehendak-kehendak. Negara bukanlah tanah air, rakyat, atau pemerintah, bukan pula gabungan dari ketiganya. Negara ialah idea yang lebih tinggi dari semua ekspresi dalam waktu, atau bentuk yang bersifat sementara dan ditentukan. Negara fasis bisa dikatan, ialah produk idealism politik daalam bentuknya yang paling ekstrim. Ia adalah pejelmaan dari “ethical idea” roh tuhan Hegel yang melakukan proses menjadi dalam ruang dan waktu.[22]
KEDAULATAN NEGARA
Kaum fasis berpendapat bahwa demokrasi menyerahkan pemerintah Negara pada rakyat umum yang menggunakannya untuk lebih memuaskan kepentingan diri mereka. Menurut fasis tindakan ini salah besar, karena pemerintah harus diserahkan pada orang-orang yang mampu mendudukkan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri dan bekerja untuk kepentingan bersama di masa sekarang dan di masa mendatang. Menurut doktrin fasis, kedaulatan Negara bersifat absolute dan totalitarian. Sebagaimana penjelmaan dari kehendak etis universal, Negara sebenarnya adalah pencita (creator) semua hak karenanya ia mempunyai control penuh terhadap tindakan rakyatnya. Dan sebagai filsafat kehidupan yang utuh, ia tidak dapat mengabaikan setiap aaspek dari kehidupan manusia. Mussolini mendeskripsikan Negara sebagai all-embracing (sesuatu yang mencakup keseluruhan). Fasisme menolak bahwa kehidupan yang baika kan terwujud tanpa danya supermasi penuh Negara terhadap individu. Negara adalah individu dan kelompok yang absolute. Keduanya memiliki makna hanya sejauh menjadi bagian dari badan poltik dan tunduk pada aturan dan pedoman Negara. Individu sepenuhnya harus tunduk pada Negara serta siap berkorban hingga nyawa sekalipun. Manusia akan menemukan kemerdekaan dirinya dalam ketundukan penuh pada kehendak Negara. Mussolini mengatakan, supermasi penuh Negara terhadap individu tidak berarti tirani. Karena kebebasan pribadi bukanlah tujuan dalam dirinya, ia hanya sebuah alat untuk merealisasikan tujuan yang lebih besar yaitu kebebasan roh. Bebas di mata fasis ialah tidak lagi menjadi budak keinginan, ambisi, dan nafsu orang lain. Tetapi mempunyai kebebasan penuh untuk mencapai kebenaran, kebaikan serta keadilan. Namun, yang memiliki hal itu bukanlah indivdu, melainkan Negara. Oleh karena itu, kebebasan inidividu ialah ketika ia tunduk pada aturan Negara.[23]
NASIONALISME, SOSIALISME NASIONAL, DAN RAS TERTINGGI
Nasionalisme. Berbeda dengan internasionlis komunis, fasisme mempunyai pandangan nasionalistik. Nasionalisme mencakup dukungan pada mperialisme dan pengagungan moral pada perang. Beberapa tahun sebelum fasisime menjadi kenyataan, George Sorel sindikalis prancis dan kritikus keras pada demokrasi, menulis bahwa semua gerakan besar lahir dari mitos / image yang menggugah emosi manusia dan memberikan dorongan bagi aksi. Mussolini yang membaca secara cermat karya-karya Sorel pada tahun 1922 menyatakan bahwa rakyat Italia telah menciptakan mitosnya- bangsa dan kebesarannya. Italia modern adalah pewaris spiritual kerajaan Romawi.[24]
Sosialisme Nasional. Lahirnya sosialisme nasional beriringan dengan munculnya fasisme di Italia. Sebagaimana denagn fasisme, Nazisme merupakan produk dari demoralisasi yang terjadi setelah perang dunia I. hilangnya teritori Jerman, ketakutan akan komunisme, dan instabilitas politik, semuanya berpadu menyiapkan dasar bagi lahirnya kediktatoran. Modelnya sudah dibuat, jalannya sudah diteteapkan, dan perjalanan yang diperlukan sudah ditanamkan. Tidak sebagaimana fasisme di Italia, fasisme Jerman mengembangkan dogma politik dan sosialnya selama tahun-tahun ketika ia berjuang meraih kekuasaan. Namun demikian doktrin sosialisme nasional tidak didasarkan atas penjelasan rasional atau ditopang oleh filsafat politik yang sistematis. Ia lebih pada keyakinan (faith) dari pada doktrin: mistis, emosional, irasional,. Keyakinan dan prasangka yang sudah lama ada digabungkan menjadi ramuan filosofis dengan dorongan emosi yang kuat. Dikecam oleh musuh-musuhnya sebagai pemberontakan terhadap rasio, sosialisme nasional tidak hanya menerima bahkan menekankan bahwa orang yang bersemangat lebih berharga daripada ribuan intelektual yang hanya bisa berkata sebagai produk bangsa yang sia-sia. Pernyataan paling penting dari doktrin nazi terdapat dalam dua karya yaitu Main Kmpf dari Hitler dan Myth of the Twentieth Century dari Alfred Rosenberg.[25]
Ras Tertinggi. Menurut Hitler dan Rosenberg, pondasi sejati kemajuan ditemukan dalam hokum alam yang menyatakan bahwa semua perkawinan spesies, keturunan, dan ras menimbulkan kelemahan. Sebagaimana tidak ada persamaan antara manusia, juga tidak ada persamaan antara ras. Karena kekuatan ras terletak pada kemurniannya. Percampuran kedua ras jelas menimbulkan degenerasi ras yang lebih tinggi. Semua sejarah harus ditafsirkan dari pertentangan antar ras bukan antar kelas. Jika peradaban tidak ingin menemui ajalnya, ras arya harus dipertahankan dari kontaminasi oleh ras yang lebih rendah. Hitler menjelaskan bahwa bukti dari ras arya merupak ras terunggul ialah prestasi dunia dibidang seni, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan hamper semuanya menjadi produk kreatif ras bangsa arya. Ras arya sendiri tanpa ada definisi yang pasti menyebar dari kawasan barat laut untuk membangun peradaban besar Mesir, Persia, India, Yunani, dan Romawi. Selanjutnya ia menganggap bahwa diantara bangsa arya,  yang paling murni ialah arya yang ditemukan di Jerman.[26]
  
KESIMPULAN
Kemunculan fasisme pada era perang  dunia I merupakan sebuah ambisi besar para diktator untuk memiliki otoritas tertinggi dan menjadi penguasa Negara. Munculnya fasisme ini juga dilatar belakangi oleh reaksi adanya liberalisme dan positivisme yang menurutnya justru menjadi belenggu masyarakat pada saat itu. Hal ini dapat dilihat melalui kecenderungan fasis yang ‘anti-intelektualisme’ dan dogmatisme. Fasisme merupakan manifestasi dari kekecewaan terhadap kebebasan  individual (individual freedom) dan kebebasan berfikir (freedom of thought). Seperti yang sudah dijelaskan bahwa masyarakat tidak merasa puas dengan kebebasan yang ada. Mereka justru merasa puas ketika keluar dari kebebasan.
Tokoh diktator seperti Adolf Hitler dan Benito Mussolini ini berangkat dari ide fasisme yang bertujuan untuk membuat individu dan masyarakat berpikir dan bertindak seragam. Dan untuk mencapai tujuannya tersebut, mereka menggunakan kekuatan dan kekerasan bersama semua dalam metode propaganda. Walaupun sama-sama berangkat dari ide fasis, namun sudut pandang keduanya dalam pemahaman fasisme berbeda.[27] Menurut Mussolini fasis memperioritaskan negara diatas segala-galanya. menggunakan semua kekuatan rakyat dan negara tanpa adanya perbedaan ras. Semua masyarakat dari ras manapun dan agama apapun akan dilibatkan selagi berguna bagi Negara. Sedangkan Hitler dengan paham Nazismenya, beranggapan bahwa penekanan ide fasisme justru pada rasisme khususnya ras Aria. Ia tidak mau menerima siapapun dengan ras lain untuk hidup bersama.
Berbagaimacam upaya Hitler dan Mussolini dengan fasismenya untuk menjadi diktator tunggal di masing-masing wilayahnya telah dijalankan, kekuasaan dan kegemilanganpun sempat diraihnya. Namun tetap saja pada saatnya mereka tumbang. Mengutip perkataan Jendral De Gaulle pada saat ia mengingatkan rakyat Jerman, dalam buku Kisah Para Diktator oleh Jules Archer bahwa: “kediktatoran adalah petualangan besar yang akan runtuh dengan meminta pengorbanan dan darah”.


DAFTAR PUSTAKA

Alejandro, Emdievi Y.G..  41 Diktator Zaman Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi. Jakarta: Visimedia, 2007.
Apotas. “Fasisme Vs Nazisme.” Artikel diakses pada 15 April 2013 dari http://www.apotas.com/fasisme-vs-nazisme/
Archer, Jules. Kisah Para Diktator: Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran. Yogyakarta: Narasi, 2007.
Bero, Vincent. Mussolini di Antara Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci. Jakarta: Visimedia, 2007.
Schmandt, Henry J.. Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Zaman Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Setianto, Yudi. “Sejarah Fasisme.” Artikel diakses pada 15 April 2013 dari
Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan. Jakarta: PT Gramedia, 2007.
Tim Narasi. The Mass Killers of the Twentieth Century: Pembunuh-pembunuh Masal Abad 20. Yogyakarta: Narasi, 2006.
Wikipedia. “Fasisme.” Artikel diakses pada 15 April 2013 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Fasisme




[1] Vincent Bero, Mussolini di Antara Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 17.
[2] Wikipedia,Fasisme,” artikel diakses pada 15 April 2013 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Fasisme
[3] Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan (Jakarta: PT Gramedia, 2007), h. 333 – 334.
[4] Yudi Setianto, “Sejarah Fasisme,” artikel diakses pada 15 April 2013 dari http://asosiasiwipknips.wordpress.com/2013/04/15/sejarah-fasisme/
[5] Vincent Bero, Mussolini di Antara Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 1-2.
[6] Ibid., h. 2.
[7] Jules Archer, Kisah Para Diktator: Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran (Yogyakarta: Narasi, 2007), h. 74-75.
[8] Ibid., h. 75-76.
[9]Vincent Bero, Mussolini di Antara Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci, h. 3 - 5.
[10] Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 31.
[11] Vincent Bero, Mussolini di Antara Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci, h. 7.
[12] Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi (Jakarta: Visimedia, 2007),  h. 31 – 32.
[13] Ibid., h. 35.
[14] Tim Narasi, The Mass Killers of the Twentieth Century: Pembunuh-pembunuh Masal Abad 20, (Yogyakarta: Narasi, 2006), h. 69.
[15] Jules Archer, Kisah Para Diktator: Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran (Yogyakarta: Narasi, 2007), h. 191.
[16] Ibid., h. 191 – 192.
[17] Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi, h. 2 – 3.
[18] Jules Archer, Kisah Para Diktator: Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran, h. 193 – 194.
[19] Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi, h. 6 – 7.
[20] Jules Archer, Kisah Para Diktator: Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran, h. 200.
[21] Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi, h. 8 – 9.
[22] Henry J. Schmandt, Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Zaman Modern (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 601.
[23] Ibid., h. 602.
[24] Ibid., h. 604.
[25] Ibid., h. 609.
[26] Ibid., h. 611.
[27] Apotas, “Fasisme Vs Nazisme,” artikel diakses pada 15 April 2013 melalui http://www.apotas.com/fasisme-vs-nazisme/

ILMU POLITIK DAN ILMU EKONOMI
Ekonomi politik merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu yang berbeda, yaitu antara ekonomi dan politik. Gagasan ekonomi politik itu sendiri muncul karena adanya pemisahan antar keduanya yang apabila disatukan secara konseptual maka ekonomi politik tidak lagi dipandang sebagai dua hal yang berbeda. Namun banyak persepsi yang menyatakan bahwa pembatasan antara dua disiplin ilmu ini tidak jelas walaupun keduanya memiliki hubungan organik satu sama lain. Walaupun keduanya dipisahkan, bukan berarti keduanya tidak memiliki hubungan kesamaan. Bahkan kedua disiplin ilmu ini saling mempengaruhi satu sama lain. Seperti halnya pengalokasian barang dan jasa yang dapat terjadi dalam struktur pasar maupun struktur politik. Hal ini menunjukan adanya hubungan antar keduanya. Selain itu, badan-badan lain seperti perbankan, perusahaan, serta serikat pekerja juga memilki orientasi kepentingan dalam politik maupun ekonomi tergantung dari sisi mana kita melihatnya dan tergantung dari kategori analisis yang digunakan. Oleh karena itu, keduanya hanya terpisahkan dari perbedaan secara analitis saja.
Dalam menjelaskan pengertian ekonomi politik, ada baiknya kita memisah antara keduanya sebelum nantinya menarik benang penghubung antara ekonomi dan politik. Beberapa konsep ekonomi dan politik yang dipaparkan dalam bukunya James A. Caporaso dan David P. Levine kiranya dapat membantu kita dalam mencari hubungan antar keduanya.
Konsep-konsep Ilmu Politik
Banyak pandangan tentang pengertian ilmu politik yang satu sama lainnya dapat melengkapi. Beberapa diantaranya ialah politik dapat diartikan sebagai “siapa yang mendapatkan apa, kapan dan bagaimana” (Lasswell 1936), “pertarungan untuk mendapatkan kekuasaan” (Morgenthau 1948), “seni dan ilmu dari pemerintahan atau sosialisasi konflik” (Schattschneider 1960), pola-pola kekuasaan, aturan, dan ekwenangan” (Easton 1953), “penyelarasan kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan lewat kebijakan public” (Crick 1962), dan masih banyak lagi pandangan lain tentang ilmu politik. Secara luas bahwa Politik dalam suatu negara (state) berkaitan dengan masalah kekuasaan (power) pengambilan keputusan (decision making), kebijakan publik (public policy), dan alokasi atau distribusi (allocation or distribution).[1] Selain dari pemaparan pengertian ilmu politik, kiranya ada 3 unsur penting yang berkaitan dengan politik, antara lain :
 
·         Politik sebagai pemerintahan
Di sini politik berperan sebagai “mesin politik formal” yang mempunyai urusan utama untuk memproses dari segala aktifitas pemerintahan. Kelembagaan pemerintah yang baik akan membangun sendiri dasar dari urusan ekonomi dengan urusan-urusan yang lainnya.
Pemerintah juga dianggap sebagai pelaku pasar penting selain pihak swasta. Pemerintah mempunyai peran regulasi terhadap kebijakan dan aturan ekonomi suatu negara. Dalam kegiatan ini ada dua peran kebijakan ekonomi pemerintahan, yaitu peran Internal, Peran pemerintah mengatur stabilitas dan pembangunan ekonomi dalam negeri. Peran Eksternal, campur tangan organisasi internasional atau negara lain terhadap keadaan ekonomi suatu negara.pemerintah secara langsung akan menghadapi intervensi dari organisasi internasional atau negara lain dalam mengurusi masalah ekonomi negara. Seperti pinjaman, kerjasama internasional, dan lain-lain.
·         Politik sebagai publik
Menurut John Dewey, yang disebut publik merupakan hal-hal pokok yang diurusi negara. Segala hal yang disepakati dalam undang-undang itu merupakan sebagai permasalahan publik yang harus diemban negara. Seperti, menurut UU orang miskin dan gelandangan ditanggung oleh negara. Walaupun miskin atau tidaknya warga negara merupakan entitas private hal tersebut bisa menjadi masalah publik ketika orang miskin dan gelandangan tersebut dianggap meresahkan kepentingan umum. Maka, pada intinya publik menurut Dewey merupakan hal-hal yang menyangkut kehidupan kolektif beserta permasalahannya.
·         Politik sebagai alokasi nilai-nilai oleh pihak yang berwenang
Menurut David Easton, politik sebagai otoritas alokasi nilai merupakan suatu cara bagaimana suatu nilai dialokasikan ke seluruh masyarakat. Peran alokasi dan distributif berkonsentrasi pada pengembangan ekonomi dalam negeri terhadap pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pada proses ini menjadi pelabuhan akhir terhadap perputaran ekonomi negara yang merupakan distribusi hasil kepada masyarakat. Secara umum, tujuan politik dihubungkan dengan alokasi nilai adalah menciptakan keseimbangan antara lokasi-lokasi distribusi dan menghindari ketimpangan.
Ilmu Ekonomi
Istilah ekonomi kadang digunakan untuk merujuk pada cara melakukan tindakan, contohnya ialah kata “economically” yaitu bertindak ekonomis atau hemat. Kemudian ekonomi juga bisa digunakan untuk merujuk pada kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk mendapatkan kebutuhan yang dibutuhkan atau diinginkan. Selanjutnya makna yang merujuk pada institusi-institusi pasar. Konsep-konsep ekonomi itu sendiri ialah, antara lain :
1.       Ekonomi kalkulasi
Kalkulasi ekonomi ialah sebuah cara untuk memanfaatkan apa yang tersedia demi memenuhi kebutuhan. Kalkulasi ekonomi adalah sebuah cara untuk menilai sejauh mana kemampuan dari pengaturan-pengaturan institusional untuk menggunakan sumberdaya yang tersedia. Menurut Webber, permasalahan ekonomi itu sendiri merupakan cara kita mendefinisikan pengolahan sumberdaya yang dimiliki. Pengolahan sumberdaya di sini ialah bagaimana adanya alat dan bahan yang seminim mungkin dapat menghasilkan barang yang banyak atau dengan alat dan bahan yang sekurang-kurangnya menghasilkan barang yang sebanyak-banyaknya.
2.       Penyediaan kebutuhan
Konsep pengadaan materi lebih ditekankan pada aktivitasnya. Aktivitas disini meliputi adanya produksi dan reproduksi atau menghasilkan barang dan menghasilkan ulang barang (penyediaan materi). Dalam konsep ini ekonomi dipandang sebagai penyedia materi, karena materi disini merupakan penopang hidup manusia. Karena materi ini merupakan penopang hidup manusia maka apabila tidak dipenuhi manusia akan mati. Oleh karena, materi disini merupakan kebutuhan fisiologis manusia yang harus dipenuhi, seperti makan, tempat tinggal, pakaian, dll.
3.       Ekonomi sebagai perekonomian
Pendeatan ini memilah masyarakat menjadi dua yaitu bidang ekonomi dan bidang politik.
 
Ilmu Ekonomi Politik
Ekonomi memiliki sebuah logika yang dinamakan dengan economic calculation yaitu konsep yang memperhatikan tentang untung rugi mengenai pemberdayaan dan pendayagunaan sumber daya alam yang terbatas. Dalam tindakan kalkulus ekonomi semua tindakan manusia hanya bisa dipahami berdasarkan hubungan antara cara dan tujuan atau untung rugi.
Korelasi dari ekonomi dan politik dilihat dari economic calculation, ekonomi berfungsi sebagai tindakan dan politik sebagai tempat. Kepentingan-kepentingan politik kawin dengan ekonomi terjadi karena logika-logika politik dan ekonomi sinkron terhadap sarana dan tujuan. Politik memiliki kalkulasi rasional turut peran serta dalam perumusan ekonomi yang membawa kepentingan tiap individu maupun kelompok. Politik sebagai deksripsi konteks, bila diibaratkan pementasan drama ekonomi sebagai aktor dan politik sebagai sarana.
a)      Terjadi di dalam sistem politik, pemerintah itu wajib menyediakan barang pokok kepada masyarakat dalam satuan makro, dan
b)      Household (rumah tangga) management sebagai satuan mikro.
 
KESIMPULAN
Ekonomi politik lahir atas dasar adanya pemisahan antara ilmu ekonomi dan ilmu politik. Berkaitan dengan keduanya bahwa ada hubungan serta saling kerjasama antar keduanya. Ilmu politik merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara berkuasa serta menjalani system pemerintahan dengan menjalankan kebijakan public. Sedangkan ilmu ekonomi ialah ilmu yang mempelajari kegiatan pasar, kalkulasi untung-rugi, dan perhitungan alokasi barang maupun jasa.
Korelasi antara ekonomi dan politik dapat dilihat melalui pendekatan kalkulus, dimana ekonomi berfungsi sebagai tindakan dan politik berfungsi sebagai lahannya. Namun apabila ekonomi politik dilihat dari pendekatan ini sangat terlihat bahwa ekonomi menjadi lebih dominan daripada politiknya. Karena ekonomi sebagai tindakan mencoba menjelaskan apa yang kita lakukan dan mengapa kita melakukannya, sedangkan politik sebagai lahan atau tempat hanya menjadi konteks dari tindakan ekonomi. Oleh karena itu, apabila akan menjelaskan politik pendekatan kalkulus akan menjelaskan politik dari kacamata ekonominya.
 
KRITIK/SARAN
Ekonomi politik memang sangat membantu baik dalam berjalannya ilmu ekonomi maupun ilmu politiknya. Karena kedua-duanya bisa saling mempengaruhi dan saling melengkapi. Namun, dalam melihat korelasi antara keduanya kita tidak bisa melihat dari satu sisi saja. Misalkan dari segi pendekatan kalkulus saja. Sudah jelas dominasi ekonomi terjadi di situ, akibatnya ilmu politik tidak bisa memperlihatkan diri seutuhnya. Sebaliknya apabila ekonomi dilihat melalui pendekatan politik, maka dominasi politik terjadi. Oleh karena itu, sulit kranya kita melihat korelasi ekonomi politik melalui dua pendekatan disiplin ilmu dengan satu konsep saja.
 

[1] Miriam Budihardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 2010),  h. 14.

oleh : Anisa Hidayati, dkk.

A.     Sejarah Kebangkitan dan Pembaharuan Islam
Pada tanggal 2 Juli 1798, Napoleon Bonaparte datang ke Alexandria (Mesir) untuk menguasai Timur terutama India.Dalam perjlanannya, Napoleon tidak hanya membawa tentara namun ia juga membawa  para ahli ilmu pengetahuan serta dua set mesin cetak dengan huruf Latin, Arab, dan Yunani, dan juga alat-alat eksperimen ilmiah lainnya. Tidak berhenti disitu, Napolleon juga membuat lembaga ilmiah yang bernama Institut d’Egypte yang tersusun dari empat bagian, ilmu alam, ilmu pasti, ekonomi, politik, serta sastra dan kesenian.Orang-orang Mesir dan para ulama bebas mengunjungi institute itu untuk menambah pengetahuan ahli prancis dalam bahasa Arab dan agama Islam. Perpustakaan mereka bukan hanya memiliki buku-buku dalam bahasa Eropa saja, namun terdapat pula buku-buku islam dalam bahasa Arab, Persia dan Turki. Dalam hal ini, masyarakat Islam melihat bahwa Barat sudah sangat maju dengan adanya alat-alat yang masih dianggap aneh oleh orang-orang Islam.Namun dibalik usahanya, Napolleon harus meneriam kegagalannya untuk meneruskan ekspedisi ke India (18 Agustus 1799 M) dan membuatnya harus kembali ke Prancis.Karena kegagalannya ini, padatahun 1216 H/1801 M Napolleon beserta pasukannya memutuskan untuk kembali ke Eropa.Namun ada sebagian tentara Napolleon yang menolak untuk kembali dan memutuskan untuk tinggal di Mesir.[1]
Melihat kemajuan barat yang amat mengagumkan di mata umat Islam, mendorong masyarakat islam membuka mata dan menyadari kemunduran yang dialami pada saat itu. Hal ini pula yang membuat Muhammad Abduh serta pemikir lain mulai sadar akan pentingnya pembaharuan. Usaha pembaharuan di Mesir pertama dilakukan oleh Ali Pasya’.Dia memiliki para pembesar dan penasehat pemerintahan dari orang-orang yang mengalami ekspedisi Napolleon dan melihat perkembangan yang dibawanya.Selain itu, ahli-ahli Napolleon yang menetap di mesir juga dijadikan penasihat pemerintahannya.Untuk mendukung gagasannya, Ali Pasya’ juga mendatangkan para ahli dari Eropa untuk mengadakan pembaruan dalam bidang militer dan ekonomi serta mengirim pemuda mesir belajar ke Eropa.Pembaruan dalam bidang militer dan ekonomi juga diikuti dengan perkembangan pemikiran dan gerakan pembaruan di Mesir.
Dalam hal ini dikemukakan pendapat lain tentang munculnya pembaharuan, bahwa dalam sejarah kemunduran Islam yang disebabkan oleh tamatnya pemerintahan Abbasiyah dan di teruskan oleh tiga kerajaan besar pada abad XVI seperti Utsmaniyah (sunni), Safawi(syiah), dan Mughal (sunni). Namun menuju abad XVIII tiga kerajaan besar ini mengalami kemunduran dan semakin melemah.Hal ini disebabkan oleh adanya disintegrasi politik serta memburuknya perekonomian akibat persaingan dagang dengan negara-negara Eropa atau karena kalah perang serta kemerosotan spiritualitas dan moralitas masyarakat terutama para penguasa. Akibat dari kemuduran itu banyak spekulasi tentang keyakinan bahwa[2]:
Hal-hal tersebut terjadi oleh karena Islam yang diamalkan dan dihayati oleh umat Islam bukan lagi ajaran Islamyang murni.Melainkan ajaran yang pada hakikatnya bertentangan secara diametrikal dengan ajaran Islam serta munculnya inovasi baru yang tidak Islami.
Untuk meraih kembali kejayaan yang pernah dinikmati pada keemasannya dahulu, umat Islam harus memulihkan vitalitas mereka dengan kembal pada ajaran Islam yang murni.
Berdasarkan pendapat dan keyakinan itu, maka dibanyak wilayah dunia Islam seperti di Benua Afrika, Timur Tengah dan India bermunculan gerakan-gerakan pembaharu atau pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam.
B.     Tokoh-Tokoh Pembaharu Islam
Beberapa tokoh pembaharu Islam yang dihasilkan pada zaman kejayaan Mesir :
1.      RIfa’ah Badawi Rafi al-Tahtawi
Al – Tahtawi merupakan seorang alumni dari al-Azhar Kairo yang lulus pada tahun 1241 H/1826 M. al-Tahtawi dikirim ke Paris untuk memimpin para pelajar Mesir yang ada di sana. Selama bertugas di sana, ia belajar bahasa Prancis hingga mahir. Oleh karena itu, setelah ia kembali ke Kairo ia diangkat menjadi guru penerjemah di sekolah kedokteran. Tahun 1252 H/1836M sekolah penerjemah di dirikan dan ia diangkat menjadi kepalanya.[3]
Dalam hal pemikiran al Tahtawi berpendapat bahwa jalan menuju kesejahteraan ialah dengan berpegang kepada agama dan budi pekerti. Untuk itu dibutuhkan pendidikan yang universal, yang berlaku untuk semua termasuk wanita, ia juga menekankan perlunya para ulama mengetahui ilmu modern sehingga mereka mampu mnyesuaikan syari’at islam dengan kebutuhan zaman modern. Maka menurutnya, pintu ijtihad harus kembali dibuka.
Disamping itu, at-Tahawi adalah orang mesir pertama yang menganjurkan patriotisme kata al-wathan menurutnya adalah mesir. Bukan seluruh dunia islam. Karenanya dia tidak membenarkan perpecahan bangsa menjadi kelompok-kelompok kecil.[4]
2.      Jamal al-Din al-Afghani
Jamaludin al-Afghani dilahirkan pada tahun 1838 di As’adabad, dekat Kanar, wilayah Kabul, Afganistan. Dia terlahir dari suatu keluarga penganut mazhab Hanafi dan keturunan Husaen bin Ali bin Abi Thalib. Namun dalam versi lain ada pula yang mengatakan bahwa dia lahir di Persia. Dengan maksud untuk menyelamatkan diri dari kesewenang-wenangan penguasa Persia.Namun pada masa kecil dan remajanya dia tinggal di Afganistan.[5]
Al – Afghani merupakan salah satu tokoh pembaharu islam yang sering kali berpindah tempat tinggal. Pada masa kecilnya Ia tinggal di Afghanistan hingga dewasa bahkan sempat menjabat sebagai seorang perdanamentri di Afghanistan. Kemudian pada tahun 1286 H/1869 M ia pindah ke India, namun ia hanya bertahan dua tahun di India dan pada 1288 H/1872 M ia berpindah ke Mesir dan menetap hingga delapan tahun. Pada saat di Mesir, ia sempat membuat sebuah partai pada tahun 1297 H/1879 M dengan selogan “Mesir untuk orang Mesir”.Pembentukan partai ini dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran sebelumnya yaitu al-Tahtawi yang pada saat itu pemikirannya sudah meluas di penjuru Mesir.Selain itu, al-Afghani juga yang membangkitkan gerakan berfikir untuk mencapai tujuan.Al- Afghani juga merupakan salah satu penyeru bersatunya bangsa Arab yang dikenal sebagai pan-Arabisme yang nantinya menuai kritikan dari para muridnya.Hal ini bertujuan untuk menyelesaikan perselisihan bangsa Arab dan persiapan dalam menghadapi ancaman luar.[6]
Selain menyatukan bangsa Arab, Afghani menganjurkan pembentukan suatu ikatan politik yang mempersatukan seluruh umat Islam yang dalam bahasa Arab disebut Jami’ah Islamiyah atau dalam istilah asing disebut Pan – Islmisme.Walaupun nantinya pemikiran ini berlanjut pada muridnya dengan penafsiran yang berbed-beda.Menurut Afghani sendiri asosiasi politik ini harus meliputi seluruh umat Islam dari segala penjuru dunia Islam, baik yang hidup dalam negara-negara yang merdeka maupun negara yang masih terjajah.Ikatan tersebut didasarkan atas solidaritas aqidah Islam, yang bertujuan membina kesetiakawanan dan persatuan umat Islam dalam perjuangan menentang tiap sistem pemeritahan dinegeri sendiri yang despotic atau sewenang-wenang, dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berdasarkan musyawarah seperti yang diajarkan oleh Islam. Ini sama saja bahwa menentang sistem pemerintahan Utsmaniyah yang absolut pada saat itu. Selain itu juga untuk menentang kolonialisme dan dominasi Barat.
3.      Muhammad Abduh
Muhammad Abduh merupakan salah satu murid dari Jamalduin al-Afghani.Dia  lahir pada tahun 1862 dari keluarga petani. Dia dimasukkan ke sekolah agama di Thantha, tetapi sepertinya Abduh sendiri kurang tertarik dalam sekolah agama. Oleh karena itu ia keluar dari sekolah agama dan mulai kembali belajar atas bujukan adik kakeknya. Pada tahun 1865 dia kembali ke Thantha, namun tahun berikutnya ia meninggalkan Thantha dan belajar di Al-Azhar, Kairo. Setelah ke Al-Azhar perhstisn Abduh mulai terpusat pada kajian tasawuf dan kehidupan sufi. Namun berhasil dibujuk oleh adik kakeknya untuk meninggalkan tasawuf dan praktik sufinya.Pada tahun 1872, Abduh genap berusia 23 tahun. Pada tahun ini Abduh mulai mengenal Al-Afghani, kepada Al-Afghani lah Abduh belajar tentang melihat agama dan ajaran lain dengan kacamata yang baru. Dari Al-Afghani pula Abduh mulai dikenalkan dengan karya-karya penulis Barat yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Arab.Selain itu Abduh juga mulai diperkenalkan pada masalah-masalah politik dan sosial yang tengah dihadapi baik oleh rakyat Mesir maupun umat Islam pada umumnya.[7]
Pemikiran Abduh terletak pada pandangan bahwa Islam adalah agama yang rasional.Wahyu tidak membawa hal-hal yang bertentangan dengan akal.Dan apabila ada, harus dicari interpretasi yang selaras dengan akal. Sehingga menurutnya, Taqlid harus dihapuskan dan ijtihad harus dihidupkan Abduh juga berpendapat bahwa anatar ilmu dan iman tidaklah bertentangan .dalam bidang pendidikan, Abduh membuat pembaruan sistem pendidikan di Al-Azhar dengan memasukkan matakuliah filsafat. Ia sangat rajin meniupkan jiwa modernisme dikalangan kaum intelektual muslim yang sedang tumbuh pada saat itu.[8]
Muhammad Abduh sama seperti gurunya, memiliki gagasan tersendiri tentang pan-Islamisme. menurut Abduh, yang berbeda persepsi dengan gurunya ini beranggapan bahwa tidak seharusnya pemerintahan Utsmaniyah diganggu. Meskipun pemerintahan Utsmaniyah bobrok, namun menurut Abduh pemerintahan Utsmaniyah ini masih memiliki kesempatan dan harapan untuk diperbaiki.Setelah adanya perbaikan dan reformasi maka barulah bisa memainkan peranan sebagai kekuatan moral dan spiritual bagi pembinaan solidaritas Islam dan bagi penggalakan semangat dunia Islam untuk terus bergerak maju. Menurut Abduh sendiri, meskipun para penguasa Turki mulai terlihat lemah namun bagaimanapun juga para penguasa turki ini masih bisa dikatakan lebih kuat dari raja-raja lain selain Turki. Karena memang pada saat itu Turkilah yang terkuat diantara kerajaan Islam lainnya. Selain itu, Abduh juga menganggap bahwa apabila rakyat dari berbagai wilayah dunia Islam berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan Turki apalagi dengan jalan kekerasan, edangkan kekuatan militer Turki pada saaat itu masih cukup tangguh,maka justru akan menyebabkan timbulnya peperangan. Dalam peperangan ini secra otomatis akan sangat menguras banyak tenaga dan modal, sudah pasti akan sangat melelahkan dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Oleh karena itu, peperangan ini justru akan memperlemah dunia Islam dalam menghadapi kolonialisme dan imeprialisme Barat.[9]
4.      Rasyid Ridha’
Muhammad Rasyid Ridha lahir di kota Tripoli yang terletak di sebelah utara Beirut, Libanon yang sebelum perang dunia I wilayah tersebut masuk dalam wilayah territorial Suria. Ia lahir pada tahun 1865 dari keluarga Husen bin Ali bin Abu Thalib. Dia mulai pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah Rasyidiyah di Tripoli, dan pada tahun 1883 memasuki madrasah Wathaniyah Islamiyah di Beirut dibawah pimpinan Hasan Jassar, seorang pengagum Afghani. Sekitar 1886 ia lulus dari lembaga pendidikan tersebut keudian ia mulai menulis di majalah-majalah dan rajin menghadiri ceramah-ceramah agama. [10]
Dalam pemikirannya, Rasyid Ridha’ sangat dipengaruhi oleh pemikiran Abduh. Hal ini ditunjukan dengan karya-karya Ridha’ dalam majalah yang diterbitkannya yaitu al-Manar yang dalam edisi pertamanya ia menyatakan bahwa tujuan dari al-Manar ini ialah tidak lain untuk melakukan pembaharuan dalam bidang agama, sosial, politik, serta ekonomi. Pada edisi selanjutnya Ridha’ mencantumkan karangannya yang diperoleh dari perkuliahannya di Mesir yang diisi oleh Abduh dan dikonsultasikan langsung padanya.Dari sini maka muncullah tafsir al-Manar yang berisi tulisan Abduh dan selebihnya ditulis oleh Ridha’.
Sama seperti gurunya, Ridha’ juga memiliki gagasan tersendiri tentang pan-Islmisme, menurutnya, Jami’yah Islamiyah justru harus merupakan lembaga Utsmaniyah murni, dibawah pimpinan sultan Abdul Hamid II, yang mempersatukan seluruh umat Islam dengan tujuan untuk memperkuat wibawa dan kemampuan sultan dalam menghadapi tantangan-tantangan kekuatan asing. Hal ini mencerminkan bahwa Ridha berpendirian untuk mempertahankan khilafah dan kepercayaan penuh terhadap pemerintah Utsmaniyah. Selain itu, Ridha juga sempat menentang adanya gerakan nasionalisme arab atau pan – Arabisme. Karena menurutnya, hal ini dapat melemahkan kekuasan Utsmaniyah karena dua suku ini merupakan unsur kekuatan utama Islam.
Munculnya Pan – Islamisme snediri dilatarbelakangi oleh adanya penjajahan Inggris di Mesir. Pada masa penjajahan Inggris di Mesir, ada sesuatu yang membuat Afgani bergerak untuk mengembalikan Mesir ke tangan orang Mesir itu sendiri.Sedangkan dalam tujuannya sendiri adalah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang maju baik secara sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain. Yaitu dengan cara :
1.      Mengajak umat Islam untuk bersatu dan menggalang solidaritas umat Islam.

2.      Mengajak umat Islam pada pandangan salafisme.
3.      Memberikan sebuah penyadaran-penyadaran pada masyarakat bahwa :

a.       Umat Islam bisa maju dan berkembang tanpa harus tunduk pada Barat.
b.      Kembali pada ajaran Islam yang benar, jauh dari tahayul, bid’ah dan curafat.
c.       Melawan segala bentuk kolonialisme dan imperialism. Namun menganjurkan umat Islam untuk mrncotoh perkembangan dan kemajuan Barat.
4.      Mengembangkan gagasan pan – Islamisme, yaitu sebuah gagasan dimana solidaritas antar umat Islam di junjung tinggi agar bisa merasakan senasib dan seperjuangan seperti layaknya tubuh.
5.      Mengambil kembali titipan Islam yang diambil oleh Barat yaitu teknologi dan sains.

5. Muhammad Iqbal
            Muhammad Iqbal lahir di Silakot, Punjb, Pakistan. Pada tanggal 9 November 1877. Ia berasal dari keturunan keluarga muslim taat yang telah memeluk agama Islam tiga abad lamanya. Ayah serta kakeknya adalah orang yang selalu hidup dalam dunia sufistik. Awal pendidikanny dimulai dari ayahnya sendiri, dan kemudian ia masuk dalam makhtab (madrasah) untuk belajar al-Qur’an. Kemudian pendidikannya dilanjutkan dengan beljar di Scottish Mission School di Sialkot. Disini ia belajar pada seorang sufi muslim bernama Mir Hasan yang nantinya banyak berpengaruh dalam pemikiran Iqbal. Selanjutnya Ia melanjutkan pendidikan ke Government College di Labored an berguru pada Sir Thomas Arnold, dari sinilah Iqbal mulai mengenal para pemikir Barat, dan kemudian melalui saran gurunya ini secara langsung Ia belajar di Trinity College, Cambridge, Inggris. Maka semakin banyak pula pemikir barat yang ia temui dan pemikiran yang ia pelajari. Selanjutnya ia juga sempat belajar ke Jerman untuk mendapatan gelar Doktor.[11]
            Menurut Wilfred Cantwell, kiranya ada tiga hal yang mempengaruhi pemikiran Muhammad Iqbal pada saat Ia di Eropa, yang nantinya Ia bawa hingga kepulangannya ke negeri sendiri, India, untuk melakukan pembaharuan dengan menyadarkan umat islam yang sedang terlena dengan keadaan yang sudah ada. Tiga hal tersebut antara lain, pertama, vitalitas dan aktivitas kehidupan orang Eropa yang luar biasa. Kedua, berhubungan dengan yang pertama, Iqbal menangkap visi yang sangat mungkin dikembangkan dalam kehidupan bangsa-bangsa Timur yang berupa potensi diri yang telah begitu luas diembangkan oleh orang Barat. Ketiga, ada bagian tertentu kehidupan Barat yang melahirkan manusia-manusia yang terpecah keperibadiannya (split personality). Peradaban Barat yang identik dengan semangat kapitalisme dan liberalisme, menurutnya memberi andil besar dalam tumbuhnya keputusan individu.[12]
Pada tahun 1908, Iqbal pulang ke India. Ia mulai merealisasian hasil belajarnya dalam berbagai bidang pemerintahan. Ia menjai advokat, disamping itu juga tidak jarang Ia dipanggil untuk memberikan ceramah dibidang pendidikan. Dan Ia juga tak luput dari kegiatan politik di India, Ia dicalonkan menjadi anggota Dewan Legislatif di Punjab dan menjadi bagian dari tokoh Teras Liga Muslim, organisasi politik umat islam yang menuntut negara sendiri terpisah Dario dominasi Hindu. Ia mengikuti berbagai polemik perjalanan Teras Liga Muslim ini, namun pada 1935 ia mulai jatuh sakit dan pada 21 April 1938 Ia menghembuskan nafas terakhirya. Meskipun hingga wafaatnya Ia tidak sempat menyaksikan terwujudnya cita-cita Teras Liga Muslim dalam membuat negara sendiri, namun cita-cita ini dilanjutkan oleh temannya yaitu Muhammad Ali Jinnah. Maka pada tanggal 15 Agustus 1947, Umat islam berhasi melepaskan diri dari India dan membuat negara baru yang bernama Pakistan.
6.         Mustafa Kemal Ataturk
            Mustafa Kemal lahir pada 1881 di kota Salonika. Terlahir ditengah-tengah keluarga religius. Ayahnya ialah seorang pegawai kantor rendahan dan ibunya seorang muslim dengan tingkat religiusitas yang tinggi. Awalnya, Mustafa Kamal dikirim oleh ibunya ke madrasah, namun Ia tida dapat bertahan lama karena sering melawan gurunya. Oleh karena itu, Ia dikirim orang tuanya ke sekolah dasar modern di Salonika. Atas usahanya sendiri, Kemal berhasil masuk seolah militer hingga jenjang yang tinggi. Karena kecerdasannya ia mendapat gelar tambahan Kemal (yang sempurna) dibelakang namanya. Kemudian gelar Ataturk (bapak Turki) ia peroleh arena kepiawaiannya dalam membawa turki menjadi bangsa modern. Setelah selesai dari pendidikan militer, Mustafa mulai tertarik dengan dunia politik. Oleh arena itu, untuk menambah pengetahuan politiknya ia mulai belajar bahasa Prancis dan membaca karya-karya para pemikir politik seperti J. J. Rousseau dan August Comte.[13]
Mustafa Kemal melalui perjalanan hidupnya ia tumbuh menjadi salah satu tokoh Islam pemikir politik sekuler yang paling berpengaruh. Ia tiak hanya berhenti pada tataran wacana, namun juga bergerak pada lapangan praktis mengembangkan ide-ide sulernya dalam berbagai kebijakan politik. Ia juga yang menjadikan Turki sebagai negara nasional yang modern dan menyelamatkan kerajaan Turki Utsmani dari kekalahan atas bangsa Eropa.

KESIMPULAN
Kebangkitan dan pembaharuan dalam Islam dilatarbelakangi oleh adanya kesadaran umat Islam yang telah tertinggal jauh dari kemajuan Barat.Sedangkan kesadaran umat Islam sendiri mulai muncul ketika Napolleon Bonaparte membawa balatentara lengkap dengan para ilmuan dan memperkenalkan banyak penemuan baru dalam bidang sains maupun teknologi.Hal ini semakin memicu umat Islam untuk melakukan pembaharuan baik dalam bidang agama, sosial, politik, maupun ekonomi. Pembaharuan ini terjadi tidak lain karena para tokoh pembaharu Islam yang muncul pada saat itu. Tokoh-tokoh tersebut diataranya ialah RIfa’ah Badawi Rafi al-Tahtawi, Jamal ad-Din al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Ibnu Ridha.Merekalah para leader pembaharu pada saat itu yang kemudian nantinya masih banyak lagi tokoh-tokoh pembaharu yang tidak bisa penulis bahas karena keterbatasan waktu.Salah satunya yaitu tokoh pembaharu Islam di Idonesia yaitu Muhammad Natsir dengan banyak pemikirannya yang banyak membawa pengaruh pada masyarakat Islam di Indonesia.
Disamping para tokoh tersebut, pemikiran-pemikiran yang dibawa mereka pun mampu memberikan udara segar bagi umat muslim pada saat itu. Dengan adanya pembaharuan-pembaharuan, maka Islam mualai mmapu berkembang mengikuti perjalanan zaman.Walaupun hingga saat ini Islam mulai teralienasikan oleh arus modernisasi yang sangat kuat.





Daftar Pustaka


Iqbal, Muhammad dan Amin Husein Nasution. Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2010.
Kartanegara,Mulyadi.Pengantara Studi Islam.Jakarta: UIN Press, 2010.

Pemikiran Politik Muhammad Abduh, artikel ini diakses pada 23 Maret 2013 dari http://artikelsifaks.blogspot.com/2010/04/pemikiran-politik-muhammad-abduh.html
Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara.Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 2003.





[1]MulyadiKartanegara, Pengantara Studi Islam (Jakarta: UIN Press, 2010), h. 18-19.
[2]Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara(Jakarta: Universitas Indonesia(UI-Press), 2003). h. 111 – 113.
[3] MulyadiKartanegara, Pengantara Studi Islam (Jakarta: UIN Press, 2010), h. 20.
[4]Ibid., h. 21.
[5]Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara(Jakarta: Universitas Indonesia(UI-Press), 2003). h. 117-119.
[6]MulyadiKartanegara, Pengantara Studi Islam, h. 21 – 22.
[7]Ibid., h. 120-121.
[8]Pemikiran Politik Muhammad Abduh, artikel ini diakses pada 23 Maret 2013 dari http://artikelsifaks.blogspot.com/2010/04/pemikiran-politik-muhammad-abduh.html
[9]Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negar, h. 120.
[10]Ibid., h. 121 – 123.

[11] Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer (Jakarta: Kencana, 2010) hal. 88 – 90.
[12] Ibid., h. 90.
[13] Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer (Jakarta: Kencana, 2010) hal. 107 – 109.VVVVVVVVVV