FASISME
Fasisme
adalah istilah yang berasal dari kata Latin yaitu “fases” (ejaan Romawi:
fasces) yang artinya seikat kayu yang sring menghiasi sebuah kapak yang biasa
diletakan di hadapan seorang hakim dalam sejarah Romawi kuno sebagai simbol
kekuasaan.[1]
Dalam spektrum politik, fasisme sulit didefinisi. Ada sebuah konsensus ilmiah bahwa
fasisme dipengaruhi oleh baik kiri dan kanan, konservatif dan anti
-konservatif, nasional dan supranasional, rasional dan anti-rasional. Sejumlah
sejarawan telah menganggap fasisme sebagai doktrin sentris revolusioner,
sebagai sebuah doktrin yang Mixes filsafat kiri dan kanan, atau sebagai kedua
hal tersebut.[2]
Fasisme
muncul sebagai reaksi terhadap liberalism dan positivism. Hal ini dapat dilihat
melalui kecenderungan fasis yang ‘anti-intelektualisme’ dan dogmatisme. Fasisme
merupakan manifestasi dari kekecewaan terhadap kebebasan individual (individual freedom) dan kebebasan berfikir (freedom of thought). Bahasan tentang fasisme ini sedikit aneh,
karena orang dalam taraf kebebasan justru ditakut-takuti oleh kebebasan itu
sendiri. Artinya, orang mereasa bebas justru ketika orang tersebut keluar dari
zona kebebasan. Kemunculan fasisme juga dipengaruhi oleh munculnya berbagai
macam kesenjangan sosial, penderitaan yang berkepanjangan, serta rasa takut
akan tidak adanya harapan di masa depan yang lebih baik. Fasisme seperti yang
dikatakan oleh Heyes, merupakan pencampuran beberapa teori yang paling radikal,
reaksioner, dan mencakup berbagai gagasan ras, agama, ekonomi, sosial, dan
moralitas akar-akar filosofis. Pemikiran fasis sudah mengakar dari
beratus-ratus tahun yang lalu, dari yang modern hingga kontemporer. Beberapa
tokoh diktator besar fasis pada kurun waktu PD I hingga PD II ialah Benito
Mussolini di Italia (1922) dan Adolf Hiler di Jerman (1933).[3]
Fasisme merupakan suatu paham yang mengedepankan
bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa lain. Dengan kata lain, fasisme
adalah suatu sikap nasionalisme yang berlebihan. Beberepa aunsur pokok dalam
ideologi fasisme sebagai berikut[4] :
1.
Ketidak percayaan
pada kemampuan nalar
Keyakinan
yang bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan
tidak boleh lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka
“tabu” terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin.
2.
Pengingkaran
derajat kemanusiaan
manusia
tidaklah sama, justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme
mereka. Bagi fasisme, pria melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota
partai melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang
lain dan yang kuat harus melampaui yang lemah. Jadi fasisme menolak konsep
persamaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam) yang berdasarkan aspek
kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang mengedepankan kekuatan.
3.
Kode perilaku yang
didasarkan pada kekerasan dan kebohongan
Negara
adalah satu sehingga tidak dikenal istilah “oposan”. Jika ada yang bertentangan
dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh yang harus dimusnahkan. Dalam
pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-kamp
konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui
kebenaran doktrin pemerintah.
4.
Pemerintah oleh
kelompok elit
Pemerintahan
harus dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota
masyarakat. Jika ada pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah keinginan
si-elit.
5.
Totalitarianisme
Totalitarianism
bersifat total dalam meminggirkan sesuatu yang dianggap “kaum pinggiran”. Hal
inilah yang dialami kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3
K yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota
masyarakat, kaum fasis menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan
bagi kaum penentang, maka totaliterisme dimunculkan dengan aksi kekerasan
seperti pembunuhan dan penganiayaan.
6.
Rasialisme dan
imperialisme
Dalam
suatu negara kaum elit lebih unggul dari dukungan masa dan karenanya dapat
memaksakan kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka
melihat bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa
lainnya. Fasisme juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras
mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau
dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat imperialism.
7.
Menentang hukum dan
ketertiban internasional
fasisme
mengangkat perang sebagai derajat tertinggi bagi peradaban manusia.
TOKOH DIKTATOR FASISME
1. Benito
Mussolini
Benito Mussolini,
lahir pada tanggal 29 Juli 1883 di Desa Dovia di Pedropia, Provinsi Forly,
Italia. Ia lahir dari rahim seorang Ibu yang bernama Rosa Maltoni yang
berprofesi sebagai seorang guru di sebuah sekolah dasar, serta dari seorang
ayah yang bernama Alesandro Mussolini seorang pandai besi. Kedua orang tua
Mussolini memberi nama lengkap kepadanya Benito Amilcare Andrea Mussolini. Nama
Benito diambil dari tokoh reformasi meksiko yaitu Benito Juarez, sedangkan nama
Andrea dan Amilcare diambil dari nama tokoh sosialis Italia. Ayah Mussolini
memiliki watak yang keras, sedangkan Ibunya yang merupakan seorang guru
memiliki watak yang cederung lembut. Didikan dari kedua orangtuanya
terkristalisasi pada diri Mussolini dari kecil hingga menjadi seorang dictator
fasis pertama di Italia.[5]
Mussolini
kecil tergolong anak yang nakal dan bandel, namun termasuk anak yang cerdas di
sekolahnya. Karena kenakalannya, Mussolini menjadi anak yang berani, tidak
takut pada siapapun kecuali pada ayahnya. Karena mengikuti jejak ayahnya,
Mussolini tumbuh menjadi seorang sosialis.[6]
Ambisinya menjadi seorang penguasa sudah terlihat sejak Mussolini masih dalam
usia kanak-kanak. Pada masa kecilnya Mussolini memimpin sebuah ‘geng’ anak-anak
di kampungnya. Satu ketika geng-nya ini merampok kebun apelmilik warga, namun
seorang anak dari geng-nya terluka terkena tembakan. Melihat temannya terluka,
seluruh teman geng-nya lari ketakutan kecuali Mussolini yang kemudian membawa
temannya ini ke tempat yang lebih aman. Esok harinya Mussolini mencari dan
memukuli temannya yang sudah berhianat. Salin itu, suatu ketika di rumahnya,
ibu Mussolini terkejut mendengar suara-suara keras yang muncul dari kamar
anaknya. Ketikaitu Mussolini menjawab “tidak apa-apa Ibu. Aku hanya sedang
berlatih pidato-pidato yang akan ku ucapkan kelak ketika aku menjadi penguasa
Italia!”[7]
Pada 1902,
sebuah momen teransisi terjadi dalam hidup Mussolini. Untuk menghindari wajib
militer, Mussolini beremigrasi ke Swiss. Awal mula ia berusaha mencari
pekerjaan tetap demi menyambung hidupnya di Swiss, namun usahanya belum
berhasil. Suatu ketika ia sempat menjadi gelandangan dan tinggal di kolong
jembatan. Untuk bertahan hidup, Mussolini melakukan pekerjaan apapun yang
ditemuinya. Namun, karena pengaruh seorang revolusioner yang dijumpainya, ia
seringkali masuk penjara karena dianggap sebagai anak jalanan dan sering
menghasut kaum buruh. Karena ulahnya yang seringkali berontak, maka pada tahun
1904 Mussolini diusir dari Swiss.[8]
Setelah
misi persembunyiannya di Swiss berakhir, maka Mussolini kembali ke tempat
asalnya di Itali. Dengan sangat terpkasa akhirnya Mussolini mengikuti wajib
militer. Pada tahun 1908 – 1909 Mussolini menetap di Trentino, sebuah kota yang
secara etnis dihuni oleh warga Italia, tetapi secara administratif berada
dibwah kontrol Austria – Hungaria. Pada masa ini menjadi masa penting Mussolini
dalam kiprahnya di dunia politik. Pada tahun 1909 Mussolini berhasil
mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan di kantor partai sosialis setempat,
sekaligus sebagai editor di surat kabar partai. Tak lama kemudian ia bertemu
dengan Cesare Battisti, seorang wartawan dan politisi sosialis. Dalam
pertemuannya ini ia diminta untuk menulis di surat kabar Il Polo, pekerjaan tambahan yang dilakoninya sebagai anggota
sosialis. Kesempatan ini begitu ia manfaatkan dengan mendoktrin para pembacanya
dengan semangat-semangat revolusioner. Serta dalam salah satu tulisannya ia
mengkritik tajam otoritas gereja pada saat itu, kemudian tulisannya ini
diterbitkan secara serial pada tahun 1910. Karena tulisannya ini Mussolini
dideportasi dan kembali ke Negara kelahirannya.[9]
Setelah
Mussolini ditunjuk menjadi editor Koran sosialis Avanti, ia pindah ke Milan. Disana dia membangun diri sebagai
kekuatan yang berpengaruh terhadap para pemimpin buruh sosialis Italia. Dia
percaya bahwa para proletar bisa dia bawa dalam gerakan fasis. Mungkin inilah awal
dari gerakan fasis yang muncul pada saat
perekonomian Italia memburuk akibat perang dan pengangguran yang semakin
meluas.[10]
Satu tahun berjalannya perang dunia I, Mussolini dianggap sebagai penghianat
karena meninggalkan sosialis. Melihat pergolakan yang terjadi diprediksi akan
memusnahkan Italia, oleh karena itu Mussolini mengambil kesempatan untuk
memproklamirkan gerakan revolusionernya sebagai awal mula pergerakan fasis di
Italia melalui surat kabar Popolo
d’Italia.[11]
Pada tahun 1919, setelah ia dipecat dari kelompok sosialis, ia membentuk partai
sendiri yang diberi nama Fasci di
Combbatimento. Partai ini sangat menjunjung tinggi nasionalisme dan
berjuang untuk menjunjung kembali Italia dibawah kekaisaran Roma. Mendapatkan
dukungan dari kaum borjuis, industrialis, dan angkatan bersenjata, Mussolini
mulai mengerahkan kekuatannya dengan membentuk tim berseragam “Kaos Hitam” (The Blacsthirts) yang berperang melawan
partai-partai lain. Anggota dari tim kaos hitam ini diambil dari para penjahat,
criminal dan preman yang sangar. Kaum fasis ini menolak parlemen dan lebih
mengedepankan kekerasan fisik akibatnya
keacauan pecah di mana-mana. Pada tanggal 28 Oktober 1922, Raja Victor Emmanuel
III berhasil ditakut-takuti oleh tim kaos hitam yang sudah mengepung Roma.
Tanpa menunggu lama Mussolini diundang ke istana dan diberikan posisi sebagai
pemimpin serta memberikan kebebasan untuk membentuk pemerintahan baru. Maka
jadilah Italia dipegang oleh kaum fasis. Pada tahun 1924, Mussolini mengadakan
pemilihan umum yang semuanya telah disetting oleh Mussolini. Lawan politiknya
dibantai tanpa ampun, sehingga membuat partai fasis menjadi partai tunggal yang
ada di Italia. [12]
Setelah
Mussolini memegang kekuasaan dengan cukup instan, ia melanjutkan ekspansinya
dengan upaya awal yaitu menyerang Etiopia (dulu Abyssinia) pada tahun 1935.
Setelah berhasil menduduki Etiopia pada tahun 1937 Mussolini bersama teman
fasisnya dari Jerman yaitu Hitler, ia membuat aliansi yang membawa Italia dalam
perang dunia II di pihak Jerman. Namun, pasukannya kalah di Yunani dan Afrika.
Pasukan Italia diserang oleh pasukan Britania Raya dan Ameriak Serikat pada
tahun 1943. Setelah Sicilia dikuasai
oleh sekutu, Mussolini dicopot dari jabatannya dan dipenjara. Tak berlangsung
lama, Mussolini diselamatkan dari penjara oleh pasukan SS Hitler. Keluar dari
penjara ia membentuk fasis baru di Italia Utara. Ia mulai mengeksekusi siapapun
yang menentang dan mengkhianatinya. Namun pada tahun 1945, pasukan sekutu
berhasil menguasai semenanjung Italia. Kemudian, Mussolini dan selirnya, Clara
Pettaci, berusaha melarikan diri. Tetapi mereka berhasil ditangkap di
perbatasan Austria. Tanpa basa-basi keduanya dieksekusi dan mayatnya dibawa ke
Piazza Lareto, Milan. Di depan ribuan masa fasis mayat Mussolini digantung terbalik.[13]
2.
Adolf Hitler
Lahir
tanggal 20 April 1889 di Braunau pinggir sungai Inn, Austria, dari keluarga
petani kelas menengah. Ayahnya bernama Alois Hitler ialah seorang petugas cukai
yang kejam terhadap istri dan anaknya. Namun Hitler selalu dimanjakan oleh
ibunya, karena itu Hitler sangat mengidolakan ibunya. Ayahnya meninggal pada
tahun 1903, ibunya meningggal pada tahun 1907. Ia mempunyai satu saudara tiri
laki-laki, dan satu saudara tiri perempuan, serta satu saudara kandung
perempuan. Dimasa remajanya Hitler bercita-cita menjadi seorang artis. Akibat
dari kematian ayahnya, pada umur 16 tahun Hitler keluar dari sekolah. Kemudan
ia pergi ke Wina, ibukota Austria, dimana ia ingin mengejar cita-citanya
menjadi seorang artis, namun ia hanya memiliki talenta yang terbatas dan ia
tidak mampu menembus academy of fine
arts, gagal masuk hingga dua kali.[14]
Kehidupannya di Wina sangat memperihatinkan. Ia tinggal di sebuah rumah sewaan
yang murah dan makan sop kaldu ayam tanpa daging. Ia bekerja serabutan,
mencetak postcard, membersihkan karpet, serta bekerja sebagai kondektur. Merasa
kesepian dan terisolasi Hitler mulai membangun khayalan-khayalan gila, serta
rasa marah karena penderitaan yang dialaminya ia mulai membenci orang-orang
Yahudi yang dianggap sebagai penyebab kegagalan hidupnya.[15]
Pada tahun
1913 Hitler meninggalkan Wina dan berpindah ke Munich. Namun kegagalan pun
terus mengikutinya. Saat hendak bergabung dengan Angkatan Bersenjata Austria,
ia ditolak. Namun pada saat terjadinya perang dunia I dengan penuh semangat ia
mulai bergabung dengan infranteri Jerman. Dalam suasana perang, calon dictator
ini sangat menikmati kekerasan dan seluruh daya tarik perang yang ada. Pada
tahun 1916, ia terluka parah akibat terkena semburan gas ketika perang terjadi.
Usai perang berahir ia dianugrahi penghargaan iron cross kelas I pada tahun 1918. Pada masa-masa perang berakhir
ia lewati di rumah sakit. Ia sangat tercengang ketika mengetahui kekalahan
Jerman dalam perang tersebut. Tidak terima dengan kekalahan ini, Hitler
menganggap bahwa penandatanganan perjanjian Versailles merupakan sebuah
penghianatan besar. Akibat dari kekalahan serta penandatanganan perjanjian itu,
rakyat Jerman kelaparan, tentara sekutu mondar mandir, serta pemogokan yang
memacetkan pabrik di mana-mana. Melihat hal ini Hitler sangat perihatin dan
semakin yakin bahwa hanya nasionalis Jerman yang besar seperti dirinya yang
mampu memimpin bangsa aria menjadi sebuah ras unggul. Oleh karena itu ia mulai
berpaling ke dunia politik.[16]
Untuk
memulai perjalanan politiknya, Hitler bergabung dengan Partai Pekerja Jerman.
Kemudian ia keluar dari dinas militer dan bekerja sebagai kepala seksi
propaganda di partainya. Pada tahun 1919, nama partai tersebut diganti menjadi National-sozialistische Deutsche
Arbeiterpartei atau yang kita kenal partai Nazi. Tidak memerlukan waktu
lama, Hitler berhasil menjadi presiden partai pada tahun 1921. Kemudian ia
membentuk pasukan seragam coklat yang diberi nama Sutrmabteilung (SA) atau The
Brownshirts (para kaos coklat).[17]
Gagal mengkudeta pemerintahan kala itu, Hitler justru dipenjara akibat tuduhan
penghianatan. Namun ia menentang dalam pengadilan, ia membela diri bahwa
penghianat sesungguhnya adalah yang dilakukan para penghianat pada tahun 1918
(perjanjian versailles) serta musuh besar Jerman sesungguhnya ialah orang
Prancis, bangsa Yahudi, kaum fasifis, kelompok marxis, serta para penandatangan
perjanjian Versailles. Hal ini berhasil menghiposis masa yang hadir di ruang
pengadilan. Serta hukuman yang dijatuhkan selama lima tahun penjara hanya
dijalaninya selama Sembilan bulan. Pada masa di penjara Hitler menulis karya
propagandanya yang diberi nama Main Kampf
(perjuanganku). Melalui karya ini Hitler mencoba menggaris bawahi pemikiran
politiknya. Selanjutnya karyanya ini dijadikan sebuah kitab wajib para anggota
Nazi. Dalam karyanya ia mengagungkan kemurnian ras dan kekuatan niat serta
mengutuk bangsa Yahudi, komunis, liberal dan kapitalis asing. Menurutnya,
Jerman akan menjadi Negara adi kuasa serta berpengaruh di seluruh dunia. Jerman
juga akan membalas kekalahannya dalam perang dunia I, menyatukan orang yang
tinggal di Negara lain yang menggunakan bahasa Jerman serta menemukan sedikit
celah di pusat Eropa dan Rusia. Sebuah filosofi tirani yang mulai dianut
Hitler.[18]
Keluar
dari penjara, Hitler mulai menyusun barisan Nazi. Pergolakan Jerman pada tahun
30-an menjadi kesempatan emas bagi Hitler untuk menyusun barisan Nazi dalam
mempropaganda rakyat Jerman khususnya kaum industrialis dengan hasil propaganda
melalui Joseph Goebbels yang bersedia bergabung dengan Hitler. Hal ini membuat
partai Nazi menjadi partai terbesar di Reichstag yang mengantarkan Hitler dalam
pemerintahan sebagai pimpinan Rich. Tanggal 27 Februari 1933, pasukan Hitler
membakar gedung parlemen Jerman dan menuduh komunis sebagai pelakunya. Kekuasaan
dictator didapatkannya, barisan seragam
coklat yang dibentuknya dilepaskan. Orang-orang Yahudi serta lawan-lawan
plitiknya disingkirkan, bahkan mereka menggantung orang-orang yang anti Nazi
tanpa ampun. Setelah sebulan pembantaian terjadi, presiden Hindenbrug mati.
Citra Hitler semakin meningkat, diangkatnya ia menjadi kanselir, presiden, dan
panglima besar militer. Ia menjuluki dirinya sebagai Fuhrer dan Reich III.
Pada tahun 1936, ia membangun jembatan Roma-Berlin dengan fasis Italia, Benito
Mussolini dan menandatangani pakta anti komunis dengan Jepang. Pada tahun 1938,
ia berhasil menguasai Austria. Setahun kemudian, Karena lengahnya Inggris,
Hitler berhasil meguasai Cekoslowakia. Korban berikut dalam daftarnya ialah
Polandia. Kemudian ia mendesak Joseph Stalin untuk menandatangani perjanjian
non-agresi. Hal ini mengundang persekutuan Inggris dan Prancis untuk
cepat-cepat mengumumkan perang. Mesin besar Hitler berhasil menyapu Den Mark,
Norwegia, Belanda, Belgia serta perancis.[19]
Pada tahun
1918 ia menari kegirangan melihat Prancis dengan mudah ditaklukkan. Namun
Inggris mempunyai kekuatan tangguh yang berhasil menggusarkan sang dictator.
Namun tak berhenti disitu, Hitler meluapkan kemarahannya untuk menyerang musuh
besarnya yaitu Rusia, si mata Hitler Rusia sama saja seperti Yahudi. Dengan
kekuatan jendral-jendralnya, Rusia berhasil disapu habis. Warga-warga sipil
Rusia dijadikan budak dan bahan eksperimen kedoktran. Jutaan warga soviet
dimusnahakan dikamp-kamp Nazi bersama dengan orang-orang Yahudi. Namun dalam
ekspansinya, Hitler gagal menguasai Stalingard, Moskow, atau Leningard.
Keruntuhan demi keruntuhan mulai dating bergilir. [20]
Pada tahun
1943 perang berbalik melawan Hitler, Inggris dan Amerika memburu kekuatan
jendral Nazi di front Afrika. Kekuatan sekutu berhasil mengalahkan Italia.
Kemudian Rusia mulai meningkatkan kesiagaannya di segala sisi. Angkatan
bersenjata Uni Soviet mendesak Jerman untuk keluar dari Rusia. Sekutu
menjatuhkan banyak bom sepanjang malam di Jerman. Upaya membunuh Hitler
dilakukan oleh pihak sekutu dengan meledakkan bom di bawah meja kerja Hitler,
namun sekali lagi Hitler lolos dari maut. Pada tahun 1944, Hitler membuat
pertahanan sementara. Seperti yang dipercayainya Jerman berhak dihancurkan
karena telah gagal emndukung visinya. Sesungguhnya, kebraniannya sendiri yang
telah menggagalkan dirinya. Tahun 1945, setelah Rusia mencapai Berlin, ia
dengan ketakutan bersembunyi di bawah tanah. Frustasi mulai menghinggapinya,
bahkan berbagai macam penyakit mulai menggerogoti tubuhnya. Sepanjang sisa
hidupnya ia ditemani oleh selirnya, Eva Braun. Setelah tentara Rusia menyapu
kota Berlin, Hitler melaksanakan upacara pernikahannya dengan Eva Braun, tak
lama kemudian ia memberinya racun dan kemudian bunuh diri dan mayatnya dibakar
di ruang bawah tanah.[21]
WATAK
NEGARA
Inti pokok
doktrin fasis dalam kata-kata Mussolini ialah konsepsinya tentang Negara,
esensinya, fungsi dan tujuannya. Fasisme memahami Negara sebagai organism yang
memiliki tujuan satu kehidupan dan satu perangkat aksi yang lebih tinggi
daripada tujuan-tujuan lain baik yang berasal dari kehidupan dan aksi individu
atau kelomok individu yang membentuknya. Gentile mendeskripsikan Negara sebagai
ethical being (wujud etis). Yang mewujudkan kepribadiannya dan mencapai
petumbuhan sejarahnya dalam masyarakat manusia. Negara dianugrahi dengan
kehidupan organis dari dirinya sendiri yang maknanya lebih tinggi dari pada
kehidupan individu. Pendekatan idealis pada masyarakat sipil ini menganggap
Negara sebagai entitas metafisis dengan akal (mind), kehendak (will) sendiri
yang terpisah dari akal-akal dan kehendak-kehendak. Negara bukanlah tanah air,
rakyat, atau pemerintah, bukan pula gabungan dari ketiganya. Negara ialah idea
yang lebih tinggi dari semua ekspresi dalam waktu, atau bentuk yang bersifat
sementara dan ditentukan. Negara fasis bisa dikatan, ialah produk idealism
politik daalam bentuknya yang paling ekstrim. Ia adalah pejelmaan dari “ethical idea” roh tuhan Hegel yang
melakukan proses menjadi dalam ruang dan waktu.[22]
KEDAULATAN
NEGARA
Kaum fasis
berpendapat bahwa demokrasi menyerahkan pemerintah Negara pada rakyat umum yang
menggunakannya untuk lebih memuaskan kepentingan diri mereka. Menurut fasis
tindakan ini salah besar, karena pemerintah harus diserahkan pada orang-orang
yang mampu mendudukkan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri dan bekerja untuk
kepentingan bersama di masa sekarang dan di masa mendatang. Menurut doktrin
fasis, kedaulatan Negara bersifat absolute dan totalitarian. Sebagaimana
penjelmaan dari kehendak etis universal, Negara sebenarnya adalah pencita
(creator) semua hak karenanya ia mempunyai control penuh terhadap tindakan
rakyatnya. Dan sebagai filsafat kehidupan yang utuh, ia tidak dapat mengabaikan
setiap aaspek dari kehidupan manusia. Mussolini mendeskripsikan Negara sebagai all-embracing (sesuatu yang mencakup
keseluruhan). Fasisme menolak bahwa kehidupan yang baika kan terwujud tanpa
danya supermasi penuh Negara terhadap individu. Negara adalah individu dan
kelompok yang absolute. Keduanya memiliki makna hanya sejauh menjadi bagian
dari badan poltik dan tunduk pada aturan dan pedoman Negara. Individu
sepenuhnya harus tunduk pada Negara serta siap berkorban hingga nyawa
sekalipun. Manusia akan menemukan kemerdekaan dirinya dalam ketundukan penuh
pada kehendak Negara. Mussolini mengatakan, supermasi penuh Negara terhadap
individu tidak berarti tirani. Karena kebebasan pribadi bukanlah tujuan dalam
dirinya, ia hanya sebuah alat untuk merealisasikan tujuan yang lebih besar
yaitu kebebasan roh. Bebas di mata fasis ialah tidak lagi menjadi budak
keinginan, ambisi, dan nafsu orang lain. Tetapi mempunyai kebebasan penuh untuk
mencapai kebenaran, kebaikan serta keadilan. Namun, yang memiliki hal itu
bukanlah indivdu, melainkan Negara. Oleh karena itu, kebebasan inidividu ialah
ketika ia tunduk pada aturan Negara.[23]
NASIONALISME,
SOSIALISME NASIONAL, DAN RAS TERTINGGI
Nasionalisme.
Berbeda dengan internasionlis komunis, fasisme mempunyai pandangan
nasionalistik. Nasionalisme mencakup dukungan pada mperialisme dan pengagungan
moral pada perang. Beberapa tahun sebelum fasisime menjadi kenyataan, George
Sorel sindikalis prancis dan kritikus keras pada demokrasi, menulis bahwa semua
gerakan besar lahir dari mitos / image yang menggugah emosi manusia dan
memberikan dorongan bagi aksi. Mussolini yang membaca secara cermat karya-karya
Sorel pada tahun 1922 menyatakan bahwa rakyat Italia telah menciptakan
mitosnya- bangsa dan kebesarannya. Italia modern adalah pewaris spiritual
kerajaan Romawi.[24]
Sosialisme
Nasional. Lahirnya sosialisme nasional
beriringan dengan munculnya fasisme di Italia. Sebagaimana denagn fasisme,
Nazisme merupakan produk dari demoralisasi yang terjadi setelah perang dunia I.
hilangnya teritori Jerman, ketakutan akan komunisme, dan instabilitas politik,
semuanya berpadu menyiapkan dasar bagi lahirnya kediktatoran. Modelnya sudah
dibuat, jalannya sudah diteteapkan, dan perjalanan yang diperlukan sudah
ditanamkan. Tidak sebagaimana fasisme di Italia, fasisme Jerman mengembangkan
dogma politik dan sosialnya selama tahun-tahun ketika ia berjuang meraih
kekuasaan. Namun demikian doktrin sosialisme nasional tidak didasarkan atas
penjelasan rasional atau ditopang oleh filsafat politik yang sistematis. Ia
lebih pada keyakinan (faith) dari pada doktrin: mistis, emosional, irasional,.
Keyakinan dan prasangka yang sudah lama ada digabungkan menjadi ramuan
filosofis dengan dorongan emosi yang kuat. Dikecam oleh musuh-musuhnya sebagai
pemberontakan terhadap rasio, sosialisme nasional tidak hanya menerima bahkan
menekankan bahwa orang yang bersemangat lebih berharga daripada ribuan
intelektual yang hanya bisa berkata sebagai produk bangsa yang sia-sia.
Pernyataan paling penting dari doktrin nazi terdapat dalam dua karya yaitu Main Kmpf dari Hitler dan Myth of the Twentieth Century dari
Alfred Rosenberg.[25]
Ras
Tertinggi. Menurut Hitler dan Rosenberg,
pondasi sejati kemajuan ditemukan dalam hokum alam yang menyatakan bahwa semua
perkawinan spesies, keturunan, dan ras menimbulkan kelemahan. Sebagaimana tidak
ada persamaan antara manusia, juga tidak ada persamaan antara ras. Karena
kekuatan ras terletak pada kemurniannya. Percampuran kedua ras jelas
menimbulkan degenerasi ras yang lebih tinggi. Semua sejarah harus ditafsirkan
dari pertentangan antar ras bukan antar kelas. Jika peradaban tidak ingin
menemui ajalnya, ras arya harus dipertahankan dari kontaminasi oleh ras yang
lebih rendah. Hitler menjelaskan bahwa bukti dari ras arya merupak ras
terunggul ialah prestasi dunia dibidang seni, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
hamper semuanya menjadi produk kreatif ras bangsa arya. Ras arya sendiri tanpa
ada definisi yang pasti menyebar dari kawasan barat laut untuk membangun
peradaban besar Mesir, Persia, India, Yunani, dan Romawi. Selanjutnya ia
menganggap bahwa diantara bangsa arya,
yang paling murni ialah arya yang ditemukan di Jerman.[26]
KESIMPULAN
Kemunculan
fasisme pada era perang dunia I
merupakan sebuah ambisi besar para diktator untuk memiliki otoritas tertinggi
dan menjadi penguasa Negara. Munculnya fasisme ini juga dilatar belakangi oleh
reaksi adanya liberalisme dan positivisme yang menurutnya justru menjadi
belenggu masyarakat pada saat itu. Hal ini dapat dilihat melalui kecenderungan
fasis yang ‘anti-intelektualisme’ dan dogmatisme. Fasisme merupakan manifestasi
dari kekecewaan terhadap kebebasan
individual (individual freedom)
dan kebebasan berfikir (freedom of
thought). Seperti yang sudah dijelaskan bahwa masyarakat tidak merasa puas
dengan kebebasan yang ada. Mereka justru merasa puas ketika keluar dari
kebebasan.
Tokoh diktator
seperti Adolf Hitler dan Benito Mussolini ini berangkat dari ide fasisme yang
bertujuan untuk membuat individu dan masyarakat
berpikir dan bertindak seragam. Dan untuk mencapai tujuannya tersebut, mereka menggunakan
kekuatan dan kekerasan bersama semua dalam metode propaganda. Walaupun sama-sama berangkat dari ide fasis, namun sudut
pandang keduanya dalam pemahaman fasisme berbeda.[27] Menurut Mussolini fasis memperioritaskan negara
diatas segala-galanya. menggunakan semua kekuatan rakyat dan negara tanpa adanya
perbedaan ras. Semua masyarakat dari ras manapun dan agama apapun akan dilibatkan
selagi berguna bagi Negara. Sedangkan Hitler dengan paham Nazismenya,
beranggapan bahwa
penekanan ide fasisme justru pada rasisme khususnya ras Aria. Ia tidak mau menerima siapapun dengan ras lain untuk hidup bersama.
Berbagaimacam
upaya Hitler dan Mussolini dengan fasismenya untuk menjadi diktator tunggal di
masing-masing wilayahnya telah dijalankan, kekuasaan dan kegemilanganpun sempat
diraihnya. Namun tetap saja pada saatnya mereka tumbang. Mengutip perkataan
Jendral De Gaulle pada saat ia mengingatkan rakyat Jerman, dalam buku Kisah
Para Diktator oleh Jules Archer bahwa: “kediktatoran adalah petualangan besar
yang akan runtuh dengan meminta pengorbanan dan darah”.
DAFTAR
PUSTAKA
Alejandro, Emdievi
Y.G.. 41 Diktator Zaman Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi. Jakarta:
Visimedia, 2007.
Apotas. “Fasisme Vs Nazisme.”
Artikel diakses pada 15 April 2013 dari http://www.apotas.com/fasisme-vs-nazisme/
Archer, Jules. Kisah Para Diktator: Biografi Politik para
Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran. Yogyakarta: Narasi, 2007.
Bero,
Vincent. Mussolini di Antara
Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci. Jakarta: Visimedia, 2007.
Schmandt, Henry J.. Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Zaman
Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Setianto, Yudi. “Sejarah
Fasisme.” Artikel diakses pada 15 April 2013 dari
Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah
Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan. Jakarta: PT
Gramedia, 2007.
Tim Narasi. The Mass Killers of the Twentieth Century:
Pembunuh-pembunuh Masal Abad 20. Yogyakarta: Narasi, 2006.
[1]
Vincent Bero, Mussolini di Antara
Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci (Jakarta: Visimedia, 2007),
h. 17.
[2] Wikipedia, “Fasisme,”
artikel diakses pada 15 April 2013 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Fasisme
[3]
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat:
Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan
(Jakarta: PT Gramedia, 2007), h. 333 – 334.
[4] Yudi Setianto, “Sejarah Fasisme,”
artikel diakses pada 15 April 2013 dari http://asosiasiwipknips.wordpress.com/2013/04/15/sejarah-fasisme/
[5]
Vincent Bero, Mussolini di Antara
Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci (Jakarta: Visimedia, 2007),
h. 1-2.
[6]
Ibid., h. 2.
[7]
Jules Archer, Kisah Para Diktator:
Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran
(Yogyakarta: Narasi, 2007), h. 74-75.
[8]
Ibid., h. 75-76.
[9]Vincent
Bero, Mussolini di Antara Bayang-bayang
Hitler dan Romantika Clara Petacci, h. 3 - 5.
[10]
Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman
Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 31.
[11]
Vincent Bero, Mussolini di Antara
Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci, h. 7.
[12]
Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman
Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 31 – 32.
[13]
Ibid., h. 35.
[14]
Tim Narasi, The Mass Killers of the Twentieth
Century: Pembunuh-pembunuh Masal Abad 20, (Yogyakarta: Narasi, 2006), h.
69.
[15]
Jules Archer, Kisah Para Diktator:
Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran
(Yogyakarta: Narasi, 2007), h. 191.
[16]
Ibid., h. 191 – 192.
[17]
Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman
Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi, h. 2 – 3.
[18]
Jules Archer, Kisah Para Diktator:
Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran, h. 193
– 194.
[19]
Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman
Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi, h. 6 – 7.
[20]
Jules Archer, Kisah Para Diktator:
Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran, h. 200.
[21]
Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman
Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi, h. 8 – 9.
[22]
Henry J. Schmandt, Filsafat Politik:
Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Zaman Modern (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 601.
[23]
Ibid., h. 602.
[24]
Ibid., h. 604.
[25]
Ibid., h. 609.
[26]
Ibid., h. 611.
[27]
Apotas, “Fasisme Vs Nazisme,” artikel
diakses pada 15 April 2013 melalui http://www.apotas.com/fasisme-vs-nazisme/
FASISME
Fasisme
adalah istilah yang berasal dari kata Latin yaitu “fases” (ejaan Romawi:
fasces) yang artinya seikat kayu yang sring menghiasi sebuah kapak yang biasa
diletakan di hadapan seorang hakim dalam sejarah Romawi kuno sebagai simbol
kekuasaan.[1]
Dalam spektrum politik, fasisme sulit didefinisi. Ada sebuah konsensus ilmiah bahwa
fasisme dipengaruhi oleh baik kiri dan kanan, konservatif dan anti
-konservatif, nasional dan supranasional, rasional dan anti-rasional. Sejumlah
sejarawan telah menganggap fasisme sebagai doktrin sentris revolusioner,
sebagai sebuah doktrin yang Mixes filsafat kiri dan kanan, atau sebagai kedua
hal tersebut.[2]
Fasisme
muncul sebagai reaksi terhadap liberalism dan positivism. Hal ini dapat dilihat
melalui kecenderungan fasis yang ‘anti-intelektualisme’ dan dogmatisme. Fasisme
merupakan manifestasi dari kekecewaan terhadap kebebasan individual (individual freedom) dan kebebasan berfikir (freedom of thought). Bahasan tentang fasisme ini sedikit aneh,
karena orang dalam taraf kebebasan justru ditakut-takuti oleh kebebasan itu
sendiri. Artinya, orang mereasa bebas justru ketika orang tersebut keluar dari
zona kebebasan. Kemunculan fasisme juga dipengaruhi oleh munculnya berbagai
macam kesenjangan sosial, penderitaan yang berkepanjangan, serta rasa takut
akan tidak adanya harapan di masa depan yang lebih baik. Fasisme seperti yang
dikatakan oleh Heyes, merupakan pencampuran beberapa teori yang paling radikal,
reaksioner, dan mencakup berbagai gagasan ras, agama, ekonomi, sosial, dan
moralitas akar-akar filosofis. Pemikiran fasis sudah mengakar dari
beratus-ratus tahun yang lalu, dari yang modern hingga kontemporer. Beberapa
tokoh diktator besar fasis pada kurun waktu PD I hingga PD II ialah Benito
Mussolini di Italia (1922) dan Adolf Hiler di Jerman (1933).[3]
Fasisme merupakan suatu paham yang mengedepankan
bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa lain. Dengan kata lain, fasisme
adalah suatu sikap nasionalisme yang berlebihan. Beberepa aunsur pokok dalam
ideologi fasisme sebagai berikut[4] :
1.
Ketidak percayaan
pada kemampuan nalar
Keyakinan
yang bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan
tidak boleh lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka
“tabu” terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin.
2.
Pengingkaran
derajat kemanusiaan
manusia
tidaklah sama, justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme
mereka. Bagi fasisme, pria melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota
partai melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang
lain dan yang kuat harus melampaui yang lemah. Jadi fasisme menolak konsep
persamaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam) yang berdasarkan aspek
kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang mengedepankan kekuatan.
3.
Kode perilaku yang
didasarkan pada kekerasan dan kebohongan
Negara
adalah satu sehingga tidak dikenal istilah “oposan”. Jika ada yang bertentangan
dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh yang harus dimusnahkan. Dalam
pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-kamp
konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui
kebenaran doktrin pemerintah.
4.
Pemerintah oleh
kelompok elit
Pemerintahan
harus dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota
masyarakat. Jika ada pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah keinginan
si-elit.
5.
Totalitarianisme
Totalitarianism
bersifat total dalam meminggirkan sesuatu yang dianggap “kaum pinggiran”. Hal
inilah yang dialami kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3
K yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota
masyarakat, kaum fasis menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan
bagi kaum penentang, maka totaliterisme dimunculkan dengan aksi kekerasan
seperti pembunuhan dan penganiayaan.
6.
Rasialisme dan
imperialisme
Dalam
suatu negara kaum elit lebih unggul dari dukungan masa dan karenanya dapat
memaksakan kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka
melihat bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa
lainnya. Fasisme juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras
mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau
dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat imperialism.
7.
Menentang hukum dan
ketertiban internasional
fasisme
mengangkat perang sebagai derajat tertinggi bagi peradaban manusia.
TOKOH DIKTATOR FASISME
1. Benito
Mussolini
Benito Mussolini,
lahir pada tanggal 29 Juli 1883 di Desa Dovia di Pedropia, Provinsi Forly,
Italia. Ia lahir dari rahim seorang Ibu yang bernama Rosa Maltoni yang
berprofesi sebagai seorang guru di sebuah sekolah dasar, serta dari seorang
ayah yang bernama Alesandro Mussolini seorang pandai besi. Kedua orang tua
Mussolini memberi nama lengkap kepadanya Benito Amilcare Andrea Mussolini. Nama
Benito diambil dari tokoh reformasi meksiko yaitu Benito Juarez, sedangkan nama
Andrea dan Amilcare diambil dari nama tokoh sosialis Italia. Ayah Mussolini
memiliki watak yang keras, sedangkan Ibunya yang merupakan seorang guru
memiliki watak yang cederung lembut. Didikan dari kedua orangtuanya
terkristalisasi pada diri Mussolini dari kecil hingga menjadi seorang dictator
fasis pertama di Italia.[5]
Mussolini
kecil tergolong anak yang nakal dan bandel, namun termasuk anak yang cerdas di
sekolahnya. Karena kenakalannya, Mussolini menjadi anak yang berani, tidak
takut pada siapapun kecuali pada ayahnya. Karena mengikuti jejak ayahnya,
Mussolini tumbuh menjadi seorang sosialis.[6]
Ambisinya menjadi seorang penguasa sudah terlihat sejak Mussolini masih dalam
usia kanak-kanak. Pada masa kecilnya Mussolini memimpin sebuah ‘geng’ anak-anak
di kampungnya. Satu ketika geng-nya ini merampok kebun apelmilik warga, namun
seorang anak dari geng-nya terluka terkena tembakan. Melihat temannya terluka,
seluruh teman geng-nya lari ketakutan kecuali Mussolini yang kemudian membawa
temannya ini ke tempat yang lebih aman. Esok harinya Mussolini mencari dan
memukuli temannya yang sudah berhianat. Salin itu, suatu ketika di rumahnya,
ibu Mussolini terkejut mendengar suara-suara keras yang muncul dari kamar
anaknya. Ketikaitu Mussolini menjawab “tidak apa-apa Ibu. Aku hanya sedang
berlatih pidato-pidato yang akan ku ucapkan kelak ketika aku menjadi penguasa
Italia!”[7]
Pada 1902,
sebuah momen teransisi terjadi dalam hidup Mussolini. Untuk menghindari wajib
militer, Mussolini beremigrasi ke Swiss. Awal mula ia berusaha mencari
pekerjaan tetap demi menyambung hidupnya di Swiss, namun usahanya belum
berhasil. Suatu ketika ia sempat menjadi gelandangan dan tinggal di kolong
jembatan. Untuk bertahan hidup, Mussolini melakukan pekerjaan apapun yang
ditemuinya. Namun, karena pengaruh seorang revolusioner yang dijumpainya, ia
seringkali masuk penjara karena dianggap sebagai anak jalanan dan sering
menghasut kaum buruh. Karena ulahnya yang seringkali berontak, maka pada tahun
1904 Mussolini diusir dari Swiss.[8]
Setelah
misi persembunyiannya di Swiss berakhir, maka Mussolini kembali ke tempat
asalnya di Itali. Dengan sangat terpkasa akhirnya Mussolini mengikuti wajib
militer. Pada tahun 1908 – 1909 Mussolini menetap di Trentino, sebuah kota yang
secara etnis dihuni oleh warga Italia, tetapi secara administratif berada
dibwah kontrol Austria – Hungaria. Pada masa ini menjadi masa penting Mussolini
dalam kiprahnya di dunia politik. Pada tahun 1909 Mussolini berhasil
mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan di kantor partai sosialis setempat,
sekaligus sebagai editor di surat kabar partai. Tak lama kemudian ia bertemu
dengan Cesare Battisti, seorang wartawan dan politisi sosialis. Dalam
pertemuannya ini ia diminta untuk menulis di surat kabar Il Polo, pekerjaan tambahan yang dilakoninya sebagai anggota
sosialis. Kesempatan ini begitu ia manfaatkan dengan mendoktrin para pembacanya
dengan semangat-semangat revolusioner. Serta dalam salah satu tulisannya ia
mengkritik tajam otoritas gereja pada saat itu, kemudian tulisannya ini
diterbitkan secara serial pada tahun 1910. Karena tulisannya ini Mussolini
dideportasi dan kembali ke Negara kelahirannya.[9]
Setelah
Mussolini ditunjuk menjadi editor Koran sosialis Avanti, ia pindah ke Milan. Disana dia membangun diri sebagai
kekuatan yang berpengaruh terhadap para pemimpin buruh sosialis Italia. Dia
percaya bahwa para proletar bisa dia bawa dalam gerakan fasis. Mungkin inilah awal
dari gerakan fasis yang muncul pada saat
perekonomian Italia memburuk akibat perang dan pengangguran yang semakin
meluas.[10]
Satu tahun berjalannya perang dunia I, Mussolini dianggap sebagai penghianat
karena meninggalkan sosialis. Melihat pergolakan yang terjadi diprediksi akan
memusnahkan Italia, oleh karena itu Mussolini mengambil kesempatan untuk
memproklamirkan gerakan revolusionernya sebagai awal mula pergerakan fasis di
Italia melalui surat kabar Popolo
d’Italia.[11]
Pada tahun 1919, setelah ia dipecat dari kelompok sosialis, ia membentuk partai
sendiri yang diberi nama Fasci di
Combbatimento. Partai ini sangat menjunjung tinggi nasionalisme dan
berjuang untuk menjunjung kembali Italia dibawah kekaisaran Roma. Mendapatkan
dukungan dari kaum borjuis, industrialis, dan angkatan bersenjata, Mussolini
mulai mengerahkan kekuatannya dengan membentuk tim berseragam “Kaos Hitam” (The Blacsthirts) yang berperang melawan
partai-partai lain. Anggota dari tim kaos hitam ini diambil dari para penjahat,
criminal dan preman yang sangar. Kaum fasis ini menolak parlemen dan lebih
mengedepankan kekerasan fisik akibatnya
keacauan pecah di mana-mana. Pada tanggal 28 Oktober 1922, Raja Victor Emmanuel
III berhasil ditakut-takuti oleh tim kaos hitam yang sudah mengepung Roma.
Tanpa menunggu lama Mussolini diundang ke istana dan diberikan posisi sebagai
pemimpin serta memberikan kebebasan untuk membentuk pemerintahan baru. Maka
jadilah Italia dipegang oleh kaum fasis. Pada tahun 1924, Mussolini mengadakan
pemilihan umum yang semuanya telah disetting oleh Mussolini. Lawan politiknya
dibantai tanpa ampun, sehingga membuat partai fasis menjadi partai tunggal yang
ada di Italia. [12]
Setelah
Mussolini memegang kekuasaan dengan cukup instan, ia melanjutkan ekspansinya
dengan upaya awal yaitu menyerang Etiopia (dulu Abyssinia) pada tahun 1935.
Setelah berhasil menduduki Etiopia pada tahun 1937 Mussolini bersama teman
fasisnya dari Jerman yaitu Hitler, ia membuat aliansi yang membawa Italia dalam
perang dunia II di pihak Jerman. Namun, pasukannya kalah di Yunani dan Afrika.
Pasukan Italia diserang oleh pasukan Britania Raya dan Ameriak Serikat pada
tahun 1943. Setelah Sicilia dikuasai
oleh sekutu, Mussolini dicopot dari jabatannya dan dipenjara. Tak berlangsung
lama, Mussolini diselamatkan dari penjara oleh pasukan SS Hitler. Keluar dari
penjara ia membentuk fasis baru di Italia Utara. Ia mulai mengeksekusi siapapun
yang menentang dan mengkhianatinya. Namun pada tahun 1945, pasukan sekutu
berhasil menguasai semenanjung Italia. Kemudian, Mussolini dan selirnya, Clara
Pettaci, berusaha melarikan diri. Tetapi mereka berhasil ditangkap di
perbatasan Austria. Tanpa basa-basi keduanya dieksekusi dan mayatnya dibawa ke
Piazza Lareto, Milan. Di depan ribuan masa fasis mayat Mussolini digantung terbalik.[13]
2.
Adolf Hitler
Lahir
tanggal 20 April 1889 di Braunau pinggir sungai Inn, Austria, dari keluarga
petani kelas menengah. Ayahnya bernama Alois Hitler ialah seorang petugas cukai
yang kejam terhadap istri dan anaknya. Namun Hitler selalu dimanjakan oleh
ibunya, karena itu Hitler sangat mengidolakan ibunya. Ayahnya meninggal pada
tahun 1903, ibunya meningggal pada tahun 1907. Ia mempunyai satu saudara tiri
laki-laki, dan satu saudara tiri perempuan, serta satu saudara kandung
perempuan. Dimasa remajanya Hitler bercita-cita menjadi seorang artis. Akibat
dari kematian ayahnya, pada umur 16 tahun Hitler keluar dari sekolah. Kemudan
ia pergi ke Wina, ibukota Austria, dimana ia ingin mengejar cita-citanya
menjadi seorang artis, namun ia hanya memiliki talenta yang terbatas dan ia
tidak mampu menembus academy of fine
arts, gagal masuk hingga dua kali.[14]
Kehidupannya di Wina sangat memperihatinkan. Ia tinggal di sebuah rumah sewaan
yang murah dan makan sop kaldu ayam tanpa daging. Ia bekerja serabutan,
mencetak postcard, membersihkan karpet, serta bekerja sebagai kondektur. Merasa
kesepian dan terisolasi Hitler mulai membangun khayalan-khayalan gila, serta
rasa marah karena penderitaan yang dialaminya ia mulai membenci orang-orang
Yahudi yang dianggap sebagai penyebab kegagalan hidupnya.[15]
Pada tahun
1913 Hitler meninggalkan Wina dan berpindah ke Munich. Namun kegagalan pun
terus mengikutinya. Saat hendak bergabung dengan Angkatan Bersenjata Austria,
ia ditolak. Namun pada saat terjadinya perang dunia I dengan penuh semangat ia
mulai bergabung dengan infranteri Jerman. Dalam suasana perang, calon dictator
ini sangat menikmati kekerasan dan seluruh daya tarik perang yang ada. Pada
tahun 1916, ia terluka parah akibat terkena semburan gas ketika perang terjadi.
Usai perang berahir ia dianugrahi penghargaan iron cross kelas I pada tahun 1918. Pada masa-masa perang berakhir
ia lewati di rumah sakit. Ia sangat tercengang ketika mengetahui kekalahan
Jerman dalam perang tersebut. Tidak terima dengan kekalahan ini, Hitler
menganggap bahwa penandatanganan perjanjian Versailles merupakan sebuah
penghianatan besar. Akibat dari kekalahan serta penandatanganan perjanjian itu,
rakyat Jerman kelaparan, tentara sekutu mondar mandir, serta pemogokan yang
memacetkan pabrik di mana-mana. Melihat hal ini Hitler sangat perihatin dan
semakin yakin bahwa hanya nasionalis Jerman yang besar seperti dirinya yang
mampu memimpin bangsa aria menjadi sebuah ras unggul. Oleh karena itu ia mulai
berpaling ke dunia politik.[16]
Untuk
memulai perjalanan politiknya, Hitler bergabung dengan Partai Pekerja Jerman.
Kemudian ia keluar dari dinas militer dan bekerja sebagai kepala seksi
propaganda di partainya. Pada tahun 1919, nama partai tersebut diganti menjadi National-sozialistische Deutsche
Arbeiterpartei atau yang kita kenal partai Nazi. Tidak memerlukan waktu
lama, Hitler berhasil menjadi presiden partai pada tahun 1921. Kemudian ia
membentuk pasukan seragam coklat yang diberi nama Sutrmabteilung (SA) atau The
Brownshirts (para kaos coklat).[17]
Gagal mengkudeta pemerintahan kala itu, Hitler justru dipenjara akibat tuduhan
penghianatan. Namun ia menentang dalam pengadilan, ia membela diri bahwa
penghianat sesungguhnya adalah yang dilakukan para penghianat pada tahun 1918
(perjanjian versailles) serta musuh besar Jerman sesungguhnya ialah orang
Prancis, bangsa Yahudi, kaum fasifis, kelompok marxis, serta para penandatangan
perjanjian Versailles. Hal ini berhasil menghiposis masa yang hadir di ruang
pengadilan. Serta hukuman yang dijatuhkan selama lima tahun penjara hanya
dijalaninya selama Sembilan bulan. Pada masa di penjara Hitler menulis karya
propagandanya yang diberi nama Main Kampf
(perjuanganku). Melalui karya ini Hitler mencoba menggaris bawahi pemikiran
politiknya. Selanjutnya karyanya ini dijadikan sebuah kitab wajib para anggota
Nazi. Dalam karyanya ia mengagungkan kemurnian ras dan kekuatan niat serta
mengutuk bangsa Yahudi, komunis, liberal dan kapitalis asing. Menurutnya,
Jerman akan menjadi Negara adi kuasa serta berpengaruh di seluruh dunia. Jerman
juga akan membalas kekalahannya dalam perang dunia I, menyatukan orang yang
tinggal di Negara lain yang menggunakan bahasa Jerman serta menemukan sedikit
celah di pusat Eropa dan Rusia. Sebuah filosofi tirani yang mulai dianut
Hitler.[18]
Keluar
dari penjara, Hitler mulai menyusun barisan Nazi. Pergolakan Jerman pada tahun
30-an menjadi kesempatan emas bagi Hitler untuk menyusun barisan Nazi dalam
mempropaganda rakyat Jerman khususnya kaum industrialis dengan hasil propaganda
melalui Joseph Goebbels yang bersedia bergabung dengan Hitler. Hal ini membuat
partai Nazi menjadi partai terbesar di Reichstag yang mengantarkan Hitler dalam
pemerintahan sebagai pimpinan Rich. Tanggal 27 Februari 1933, pasukan Hitler
membakar gedung parlemen Jerman dan menuduh komunis sebagai pelakunya. Kekuasaan
dictator didapatkannya, barisan seragam
coklat yang dibentuknya dilepaskan. Orang-orang Yahudi serta lawan-lawan
plitiknya disingkirkan, bahkan mereka menggantung orang-orang yang anti Nazi
tanpa ampun. Setelah sebulan pembantaian terjadi, presiden Hindenbrug mati.
Citra Hitler semakin meningkat, diangkatnya ia menjadi kanselir, presiden, dan
panglima besar militer. Ia menjuluki dirinya sebagai Fuhrer dan Reich III.
Pada tahun 1936, ia membangun jembatan Roma-Berlin dengan fasis Italia, Benito
Mussolini dan menandatangani pakta anti komunis dengan Jepang. Pada tahun 1938,
ia berhasil menguasai Austria. Setahun kemudian, Karena lengahnya Inggris,
Hitler berhasil meguasai Cekoslowakia. Korban berikut dalam daftarnya ialah
Polandia. Kemudian ia mendesak Joseph Stalin untuk menandatangani perjanjian
non-agresi. Hal ini mengundang persekutuan Inggris dan Prancis untuk
cepat-cepat mengumumkan perang. Mesin besar Hitler berhasil menyapu Den Mark,
Norwegia, Belanda, Belgia serta perancis.[19]
Pada tahun
1918 ia menari kegirangan melihat Prancis dengan mudah ditaklukkan. Namun
Inggris mempunyai kekuatan tangguh yang berhasil menggusarkan sang dictator.
Namun tak berhenti disitu, Hitler meluapkan kemarahannya untuk menyerang musuh
besarnya yaitu Rusia, si mata Hitler Rusia sama saja seperti Yahudi. Dengan
kekuatan jendral-jendralnya, Rusia berhasil disapu habis. Warga-warga sipil
Rusia dijadikan budak dan bahan eksperimen kedoktran. Jutaan warga soviet
dimusnahakan dikamp-kamp Nazi bersama dengan orang-orang Yahudi. Namun dalam
ekspansinya, Hitler gagal menguasai Stalingard, Moskow, atau Leningard.
Keruntuhan demi keruntuhan mulai dating bergilir. [20]
Pada tahun
1943 perang berbalik melawan Hitler, Inggris dan Amerika memburu kekuatan
jendral Nazi di front Afrika. Kekuatan sekutu berhasil mengalahkan Italia.
Kemudian Rusia mulai meningkatkan kesiagaannya di segala sisi. Angkatan
bersenjata Uni Soviet mendesak Jerman untuk keluar dari Rusia. Sekutu
menjatuhkan banyak bom sepanjang malam di Jerman. Upaya membunuh Hitler
dilakukan oleh pihak sekutu dengan meledakkan bom di bawah meja kerja Hitler,
namun sekali lagi Hitler lolos dari maut. Pada tahun 1944, Hitler membuat
pertahanan sementara. Seperti yang dipercayainya Jerman berhak dihancurkan
karena telah gagal emndukung visinya. Sesungguhnya, kebraniannya sendiri yang
telah menggagalkan dirinya. Tahun 1945, setelah Rusia mencapai Berlin, ia
dengan ketakutan bersembunyi di bawah tanah. Frustasi mulai menghinggapinya,
bahkan berbagai macam penyakit mulai menggerogoti tubuhnya. Sepanjang sisa
hidupnya ia ditemani oleh selirnya, Eva Braun. Setelah tentara Rusia menyapu
kota Berlin, Hitler melaksanakan upacara pernikahannya dengan Eva Braun, tak
lama kemudian ia memberinya racun dan kemudian bunuh diri dan mayatnya dibakar
di ruang bawah tanah.[21]
WATAK
NEGARA
Inti pokok
doktrin fasis dalam kata-kata Mussolini ialah konsepsinya tentang Negara,
esensinya, fungsi dan tujuannya. Fasisme memahami Negara sebagai organism yang
memiliki tujuan satu kehidupan dan satu perangkat aksi yang lebih tinggi
daripada tujuan-tujuan lain baik yang berasal dari kehidupan dan aksi individu
atau kelomok individu yang membentuknya. Gentile mendeskripsikan Negara sebagai
ethical being (wujud etis). Yang mewujudkan kepribadiannya dan mencapai
petumbuhan sejarahnya dalam masyarakat manusia. Negara dianugrahi dengan
kehidupan organis dari dirinya sendiri yang maknanya lebih tinggi dari pada
kehidupan individu. Pendekatan idealis pada masyarakat sipil ini menganggap
Negara sebagai entitas metafisis dengan akal (mind), kehendak (will) sendiri
yang terpisah dari akal-akal dan kehendak-kehendak. Negara bukanlah tanah air,
rakyat, atau pemerintah, bukan pula gabungan dari ketiganya. Negara ialah idea
yang lebih tinggi dari semua ekspresi dalam waktu, atau bentuk yang bersifat
sementara dan ditentukan. Negara fasis bisa dikatan, ialah produk idealism
politik daalam bentuknya yang paling ekstrim. Ia adalah pejelmaan dari “ethical idea” roh tuhan Hegel yang
melakukan proses menjadi dalam ruang dan waktu.[22]
KEDAULATAN
NEGARA
Kaum fasis
berpendapat bahwa demokrasi menyerahkan pemerintah Negara pada rakyat umum yang
menggunakannya untuk lebih memuaskan kepentingan diri mereka. Menurut fasis
tindakan ini salah besar, karena pemerintah harus diserahkan pada orang-orang
yang mampu mendudukkan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri dan bekerja untuk
kepentingan bersama di masa sekarang dan di masa mendatang. Menurut doktrin
fasis, kedaulatan Negara bersifat absolute dan totalitarian. Sebagaimana
penjelmaan dari kehendak etis universal, Negara sebenarnya adalah pencita
(creator) semua hak karenanya ia mempunyai control penuh terhadap tindakan
rakyatnya. Dan sebagai filsafat kehidupan yang utuh, ia tidak dapat mengabaikan
setiap aaspek dari kehidupan manusia. Mussolini mendeskripsikan Negara sebagai all-embracing (sesuatu yang mencakup
keseluruhan). Fasisme menolak bahwa kehidupan yang baika kan terwujud tanpa
danya supermasi penuh Negara terhadap individu. Negara adalah individu dan
kelompok yang absolute. Keduanya memiliki makna hanya sejauh menjadi bagian
dari badan poltik dan tunduk pada aturan dan pedoman Negara. Individu
sepenuhnya harus tunduk pada Negara serta siap berkorban hingga nyawa
sekalipun. Manusia akan menemukan kemerdekaan dirinya dalam ketundukan penuh
pada kehendak Negara. Mussolini mengatakan, supermasi penuh Negara terhadap
individu tidak berarti tirani. Karena kebebasan pribadi bukanlah tujuan dalam
dirinya, ia hanya sebuah alat untuk merealisasikan tujuan yang lebih besar
yaitu kebebasan roh. Bebas di mata fasis ialah tidak lagi menjadi budak
keinginan, ambisi, dan nafsu orang lain. Tetapi mempunyai kebebasan penuh untuk
mencapai kebenaran, kebaikan serta keadilan. Namun, yang memiliki hal itu
bukanlah indivdu, melainkan Negara. Oleh karena itu, kebebasan inidividu ialah
ketika ia tunduk pada aturan Negara.[23]
NASIONALISME,
SOSIALISME NASIONAL, DAN RAS TERTINGGI
Nasionalisme.
Berbeda dengan internasionlis komunis, fasisme mempunyai pandangan
nasionalistik. Nasionalisme mencakup dukungan pada mperialisme dan pengagungan
moral pada perang. Beberapa tahun sebelum fasisime menjadi kenyataan, George
Sorel sindikalis prancis dan kritikus keras pada demokrasi, menulis bahwa semua
gerakan besar lahir dari mitos / image yang menggugah emosi manusia dan
memberikan dorongan bagi aksi. Mussolini yang membaca secara cermat karya-karya
Sorel pada tahun 1922 menyatakan bahwa rakyat Italia telah menciptakan
mitosnya- bangsa dan kebesarannya. Italia modern adalah pewaris spiritual
kerajaan Romawi.[24]
Sosialisme
Nasional. Lahirnya sosialisme nasional
beriringan dengan munculnya fasisme di Italia. Sebagaimana denagn fasisme,
Nazisme merupakan produk dari demoralisasi yang terjadi setelah perang dunia I.
hilangnya teritori Jerman, ketakutan akan komunisme, dan instabilitas politik,
semuanya berpadu menyiapkan dasar bagi lahirnya kediktatoran. Modelnya sudah
dibuat, jalannya sudah diteteapkan, dan perjalanan yang diperlukan sudah
ditanamkan. Tidak sebagaimana fasisme di Italia, fasisme Jerman mengembangkan
dogma politik dan sosialnya selama tahun-tahun ketika ia berjuang meraih
kekuasaan. Namun demikian doktrin sosialisme nasional tidak didasarkan atas
penjelasan rasional atau ditopang oleh filsafat politik yang sistematis. Ia
lebih pada keyakinan (faith) dari pada doktrin: mistis, emosional, irasional,.
Keyakinan dan prasangka yang sudah lama ada digabungkan menjadi ramuan
filosofis dengan dorongan emosi yang kuat. Dikecam oleh musuh-musuhnya sebagai
pemberontakan terhadap rasio, sosialisme nasional tidak hanya menerima bahkan
menekankan bahwa orang yang bersemangat lebih berharga daripada ribuan
intelektual yang hanya bisa berkata sebagai produk bangsa yang sia-sia.
Pernyataan paling penting dari doktrin nazi terdapat dalam dua karya yaitu Main Kmpf dari Hitler dan Myth of the Twentieth Century dari
Alfred Rosenberg.[25]
Ras
Tertinggi. Menurut Hitler dan Rosenberg,
pondasi sejati kemajuan ditemukan dalam hokum alam yang menyatakan bahwa semua
perkawinan spesies, keturunan, dan ras menimbulkan kelemahan. Sebagaimana tidak
ada persamaan antara manusia, juga tidak ada persamaan antara ras. Karena
kekuatan ras terletak pada kemurniannya. Percampuran kedua ras jelas
menimbulkan degenerasi ras yang lebih tinggi. Semua sejarah harus ditafsirkan
dari pertentangan antar ras bukan antar kelas. Jika peradaban tidak ingin
menemui ajalnya, ras arya harus dipertahankan dari kontaminasi oleh ras yang
lebih rendah. Hitler menjelaskan bahwa bukti dari ras arya merupak ras
terunggul ialah prestasi dunia dibidang seni, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
hamper semuanya menjadi produk kreatif ras bangsa arya. Ras arya sendiri tanpa
ada definisi yang pasti menyebar dari kawasan barat laut untuk membangun
peradaban besar Mesir, Persia, India, Yunani, dan Romawi. Selanjutnya ia
menganggap bahwa diantara bangsa arya,
yang paling murni ialah arya yang ditemukan di Jerman.[26]
KESIMPULAN
Kemunculan
fasisme pada era perang dunia I
merupakan sebuah ambisi besar para diktator untuk memiliki otoritas tertinggi
dan menjadi penguasa Negara. Munculnya fasisme ini juga dilatar belakangi oleh
reaksi adanya liberalisme dan positivisme yang menurutnya justru menjadi
belenggu masyarakat pada saat itu. Hal ini dapat dilihat melalui kecenderungan
fasis yang ‘anti-intelektualisme’ dan dogmatisme. Fasisme merupakan manifestasi
dari kekecewaan terhadap kebebasan
individual (individual freedom)
dan kebebasan berfikir (freedom of
thought). Seperti yang sudah dijelaskan bahwa masyarakat tidak merasa puas
dengan kebebasan yang ada. Mereka justru merasa puas ketika keluar dari
kebebasan.
Tokoh diktator
seperti Adolf Hitler dan Benito Mussolini ini berangkat dari ide fasisme yang
bertujuan untuk membuat individu dan masyarakat
berpikir dan bertindak seragam. Dan untuk mencapai tujuannya tersebut, mereka menggunakan
kekuatan dan kekerasan bersama semua dalam metode propaganda. Walaupun sama-sama berangkat dari ide fasis, namun sudut
pandang keduanya dalam pemahaman fasisme berbeda.[27] Menurut Mussolini fasis memperioritaskan negara
diatas segala-galanya. menggunakan semua kekuatan rakyat dan negara tanpa adanya
perbedaan ras. Semua masyarakat dari ras manapun dan agama apapun akan dilibatkan
selagi berguna bagi Negara. Sedangkan Hitler dengan paham Nazismenya,
beranggapan bahwa
penekanan ide fasisme justru pada rasisme khususnya ras Aria. Ia tidak mau menerima siapapun dengan ras lain untuk hidup bersama.
Berbagaimacam
upaya Hitler dan Mussolini dengan fasismenya untuk menjadi diktator tunggal di
masing-masing wilayahnya telah dijalankan, kekuasaan dan kegemilanganpun sempat
diraihnya. Namun tetap saja pada saatnya mereka tumbang. Mengutip perkataan
Jendral De Gaulle pada saat ia mengingatkan rakyat Jerman, dalam buku Kisah
Para Diktator oleh Jules Archer bahwa: “kediktatoran adalah petualangan besar
yang akan runtuh dengan meminta pengorbanan dan darah”.
DAFTAR
PUSTAKA
Alejandro, Emdievi
Y.G.. 41 Diktator Zaman Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi. Jakarta:
Visimedia, 2007.
Apotas. “Fasisme Vs Nazisme.”
Artikel diakses pada 15 April 2013 dari http://www.apotas.com/fasisme-vs-nazisme/
Archer, Jules. Kisah Para Diktator: Biografi Politik para
Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran. Yogyakarta: Narasi, 2007.
Bero,
Vincent. Mussolini di Antara
Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci. Jakarta: Visimedia, 2007.
Schmandt, Henry J.. Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Zaman
Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Setianto, Yudi. “Sejarah
Fasisme.” Artikel diakses pada 15 April 2013 dari
Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah
Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan. Jakarta: PT
Gramedia, 2007.
Tim Narasi. The Mass Killers of the Twentieth Century:
Pembunuh-pembunuh Masal Abad 20. Yogyakarta: Narasi, 2006.
[1]
Vincent Bero, Mussolini di Antara
Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci (Jakarta: Visimedia, 2007),
h. 17.
[2] Wikipedia, “Fasisme,”
artikel diakses pada 15 April 2013 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Fasisme
[3]
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat:
Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan
(Jakarta: PT Gramedia, 2007), h. 333 – 334.
[4] Yudi Setianto, “Sejarah Fasisme,”
artikel diakses pada 15 April 2013 dari http://asosiasiwipknips.wordpress.com/2013/04/15/sejarah-fasisme/
[5]
Vincent Bero, Mussolini di Antara
Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci (Jakarta: Visimedia, 2007),
h. 1-2.
[6]
Ibid., h. 2.
[7]
Jules Archer, Kisah Para Diktator:
Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran
(Yogyakarta: Narasi, 2007), h. 74-75.
[8]
Ibid., h. 75-76.
[9]Vincent
Bero, Mussolini di Antara Bayang-bayang
Hitler dan Romantika Clara Petacci, h. 3 - 5.
[10]
Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman
Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 31.
[11]
Vincent Bero, Mussolini di Antara
Bayang-bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci, h. 7.
[12]
Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman
Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 31 – 32.
[13]
Ibid., h. 35.
[14]
Tim Narasi, The Mass Killers of the Twentieth
Century: Pembunuh-pembunuh Masal Abad 20, (Yogyakarta: Narasi, 2006), h.
69.
[15]
Jules Archer, Kisah Para Diktator:
Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran
(Yogyakarta: Narasi, 2007), h. 191.
[16]
Ibid., h. 191 – 192.
[17]
Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman
Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi, h. 2 – 3.
[18]
Jules Archer, Kisah Para Diktator:
Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran, h. 193
– 194.
[19]
Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman
Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi, h. 6 – 7.
[20]
Jules Archer, Kisah Para Diktator:
Biografi Politik para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran, h. 200.
[21]
Emdievi Y.G. Alejandro, 41 Diktator Zaman
Modern: Mengejar Ambisi Menuai Tragedi, h. 8 – 9.
[22]
Henry J. Schmandt, Filsafat Politik:
Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Zaman Modern (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 601.
[23]
Ibid., h. 602.
[24]
Ibid., h. 604.
[25]
Ibid., h. 609.
[26]
Ibid., h. 611.
[27]
Apotas, “Fasisme Vs Nazisme,” artikel
diakses pada 15 April 2013 melalui http://www.apotas.com/fasisme-vs-nazisme/