Nisa's Page
sekarang masih mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syaif Hidayatullah Jakarta
Senin, 08 September 2014
catatan senja sore IX
Langit pun sepi
Jika kita tak
menyelipkan jemari
Rinduku sejauh
batas aku dan mimpiku dalam tidur
Tegal, 06 Juli
2014
Dingin ini
mengingatkan ku
Ketika tubuh ini
dijajah angin
Tanpa mu
Hati ini dijajah
oleh rindu
Tegal, 13 Juli
2014
Ku tatap ia
Awalnya para nasi
menari
Namun selanjutnya
bermuram hati,
Aku tak tau apa
yang ku rasakan saat ini
Entah rindu,
takut, sedih, dsb.
Jangankan untuk
memeluk mu
Menyapa mu saja
saat ini sulit,
Aku hanya mampu
menyapa mu lewat sujudku pada Tuhan
Ya Allah, aku
titipkan hatiku pada-Mu untuknya
Tegal, 17 Juli
2014 at 06.06 pm
Raut wajahmu
menggambarkan bahwa ada sekuntum bunga
Dikelilingi
kepompong yang menunggu bermetamorfosis
Semoga menjadi
kupu-kupu pada saatnya
Sayang,
Semoga ras(a)mu
dan (r)asaku menyatu
Tegal, 27 Juli 2014 at
09.14 am
catatan senja sore VIII
Tanamlah mawar
disaat fajar, katamu
Karena edelweiss
abadi sembunyi
Tapi mawar bukan
lagi denganku
Wangi melati raib
bersama gerimis selalu menutup lagu
Ini aku
ceritakan, tentang edelweiss
Bersembunyi dalam
ceruk dibalik tebing pendakian,
Katamu adalah
menghirup misteri’
Perjalanan tak
ditentukan oleh nyeri di kaki
Tapi kesungguhan
hati, Kau dan Aku.
Bertemu dalam
mihrab Illahi.
Ciputat, 7 Juli
2014
Bercinta dengan
malam
Bulan merayu di
pelukkan
Ku titipkan angin
menyapa wajahmu
Datang dari
belulangku
Sekedar mengenang
bidadari
Ku tulis namamu
di rembulan
Bintang pun
bertasbih
Sekejap bidadari
bersedih
Memang aku adam,
menyelam
Jauh di dasar
kesadaran
Mohon dimaafkan.
Selamat malam.
Bersinarlah esok
senja pagiku.
Ciputat, 9 Juli
2014
catatan senja sore VII
Aku menunggu keluar dari kelakar pintu
Bermahkota puri nan suci
Itu engkau yang asli
Berjejer di pelataran cahaya pukul 2 malam
Tak kelam ditelan jarum jam
Aku termenung
Menjinjing kawanan bukan dan bintang
Ku akui jadi milikku
Tuk persembahkan padamu.
Ciputat, 5 Juni
2014
Bulan tak selamanya menjadi purnama,
Ada sabit dan juga gerhana.
Seperti halnya pohon, kau memang tak seindah bunga
Tapi kau air untuk membuat pohon itu hidup
Air itu tak menunggu pohon menyeru
Tapi dia tau dimana ia berada
Ciputat, 5
Juni 2014
Aku di situ, kau tak sudi menengok.
Aku ajak kau kerumah, kau tak sudi melangkah.
Aku melangkah, ehh kau kea rah panah.
Ciputat, 11
Juni 2014
catatan senja sore VI
Bulir Syair
~
Kau pelangi
Dari gerimis dan sinar mentari,
Di langitku, cerlangmu nurani
Berbulir, bayangmu mengalir
Mengguyur di pelataran; dzikir
Ciputat, 5
Raj 1435
Menyanjung-Mu
selalu ~
Mengeruk segala khilaf; terkubur
Ku ingin jemput fitrah – Mu
Engkau kah titipan itu, kekasih ?
Ku panggil dalam setiap doaku
Jumat Sabtu Minggu
Menunggumu lebih dari itu
Ciputat, 5
Mei 2014
Bintang belantik culik cahaya
Bulan meringas kesing
Bulan semangka langit ceria
Angin memboyong sepi; Tanpamu sunyi
Ciputat, 5
Mei 2014
Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput;
Nanti dulu, biarkan aku sejenak
Terbaring di sini;
Ada yang masih ingin ku pandang
Yang selama ini senantiasa luput;
Sesaat adalah abadi
Sebelum kau sapu tanamanmu setiap pagi.
Ketika kau Tanya sejauh mana rasa sayangku,
Ketika itu pula kau sudah beranjak satu langkah menjauh
dariku
Kau ingin menyudahi kah?
Ciputat, 11
Mei 2014
catatan senja sore V
Merekah
Kerudungmu awan
suci,muslimah nan indah
Di dadamu, ku tumpahkan segalaku
Gelap pun terang;
pelangi
Ciputat, 4 Mei
2014
Melawan
ombak, tepiskan ragu
Dermaga saksi
kedatangan, haru
Genggam tanganku,
melangkah maju
Ciputat, 4 Mei
2014
cacatan senja sore IV
Kau – Senja ~
Camar berarak pulang
Rona langit memerah, pasrah
Kupu-kupu menari, kumbang
bernyanyi
Diksi hati memuisi
Bidang dadamu tempatku berpuisi
Meramu mimpi-mimpi
Memetik harap di laman hati
Ku ingin berhenti terpejam
Tanpa harus membangunkan mimpi
Ciputat, 26 JuT 1435
Langganan:
Postingan (Atom)